REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemimpin kudeta 22 Maret Mali mengecam pemukulan terhadap presiden sementara oleh para pengunjuk rasa. Dia juga menyerukan peralihan kekuasan secara damai di negara Afrika Barat itu.
Presiden sementara Mali, Dioncounda Traore, luka ringan di kepala ketika para pemrotes menyerbu istananya. Ini kemunduran bagi usaha menstabilkan Mali setelah kudeta dan perjanjian dengan pemberontak kelompok separatis utara dan pihak garis keras Islam.
Sementara itu Sekjen PBB Ban Ki-moon juga mengecam serangan terhadap Traore dan mendesak militer Mali melaksanakan tugasnya melindungi para pemimpin negara itu.
"Sekjen mengecam keras serangan terhadap Dioncounda Traore ," kata juru bicara Ban, Martin Nesirky, dan mendesak militer Mali dan institusi-institusi keamanan melakukan fungsi utama mereka melindungi negara dan para pejabat sementara yang sah.
Dengan menegaskan krisis Mali yang mendalam, seorang pejabat senior gerilyawan mengatakan gerilyawan separatis MNLA dan kelompok Islam Ansar Dine, yang secara bersama menguasai daerah utara, dapat merampungkan satu perjanjian menyangkut masa depan daerah itu dalam beberapa hari.
Kudeta itu dan ketidak pastian politik di Bamako telah ditengahi pihak internasional untuk menangani keamanan tetapi gagal di daerah utara, tempat kelompok-kelompok yang punya hubungan dengan Al Qaida yang kini bebas berkeliaran.
Tetapi pemimpin kudeta, Kapten Amsdou Sanogo, yang akhir pekan lalu setuju dengan blok Afrika Barat ECOWAS untuk mengizinkan Traore memimpin transisi setahun bagi pemerintah sipil penuh, menjauhkan dirinya dan kelompok CNRDREnya dari gerakan pro-kudeta.
"CNRDRE mengecam keras aksi kekerasan ini...CNRDRE menyeru rakyat Mali menahan diri dan menghormati segala usaha yang dilakukan untuk mengakhiri krisis dan satu transisi damai," katanya dalam satu pernyataan tertulis.