Rabu 23 May 2012 23:34 WIB

Survei: Prancis Bangsa 'Terkasar' di Dunia

Aparat keamanan berjaga-jaga di Menara Eiffel, Paris, lokasi yang disebut-sebut menjadi incaran serangan teror.
Foto: Guardian
Aparat keamanan berjaga-jaga di Menara Eiffel, Paris, lokasi yang disebut-sebut menjadi incaran serangan teror.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis terkenal sebagai salah satu negara yang menjadi tujuan para imigran. Tak heran bila Prancis menjadi negara dnegan asimilasi budaya dan peleburan banyak etnis. Mungkin karena faktor itulah, dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan Skyscanner mengungkapkan, Prancis disebut sebagai bangsa paling kasar di dunia.

Skyscanner menjelaskan, warga Prancis terkenal 'kasar dan bila menjawab setengah-setengah'. Tak heran bila sebanyak 1.200 responden memilih memilih Prancis sebagai negara yang memiliki penduduk yang tidak ramah. Jika dipresentasikan, jumlah itu adalah 19 persen dari total responden yang ambil bagian dalam survei tersebut.

Sementara orang Rusia menempati peringkat kedua dengan jumlah 17 persen, disusul Inggris yang bertengger di nomor ketiga sebagai bangsa terkasar sejagad raya karena mengantongi 10 persen dari hasil survei. Di benua Asia, Cina memimpin. Negara Tirai Bambu itu menempati urutan keempat setelah Inggris.

Skyscanner menduga, faktor budaya berpengaruh besar dalam survei tersebut. Mereka mencontohkan faktor logat dan gaya bicara orang Rusia yang terlalu terus terang. "Cara ini dapat disalahartikan sebagai kasar," kata manajer pemasaran Skyscanner untuk wilayah Rusia, Tatiana Danilova.

Ia melanjutkan, "Bahasa Rusia tidak sesopan bahasa Inggris, sehingga ketika diterjemahkan langsung dari (bahasa) Rusia ke (bahasa) Inggris dapat terdengar kasar untuk seorang yang berbicara dalam bahasa Inggris. Bahkan, jika mereka tidak bermaksud untuk itu." Di sisi lain, kata Danilova, Rusia cenderung mempertimbangkan orang Inggris sebagai sangat sopan karena cara mereka berbicara.

Manajer pemasaran Skyscanner untuk Cina, Yi Bao secara terpisah memberikan contoh lain untuk mendukung teori perbedaan budaya ini. Dikatakannya, mengantre sudah dianggap sebagai norma sosial di Barat, tapi perilaku itu tidak berlaku bagi orang Cina. "Sikap tak mau antre bisa ditafsirkan sebagai bersikap kasar oleh wisatawan internasional," kata dia.

sumber : asiaone
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement