REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak dunia sedikit lebih tinggi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah kekhawatiran tentang berlanjutnya kebuntuan pembicaraan Iran dengan kekuatan utama tentang program nuklirnya yang disengketakan.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 20 sen menjadi ditutup pada 90,86 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 28 sen menjadi 106,83 dolar AS per barel di perdagangan London.
Volume perdagangan di New York tipis karena pasar menghadapi tiga hari libur akhir pekan. Pasar akan ditutup pada Senin untuk peringatan "Memorial Day", hari libur tidak resmi yang memulai musim liburan musim panas di AS.
"Tidak banyak laporan pada hari ini di mana pasar benar-benar tidak bergerak," kata analis BMO Capital Markets.
"Pada dasarnya pasar terus berhati-hati karena ekonomi menghadapi tantangan Eropa, pemulihan Amerika Serikat tetapi tidak secepat yang beberapa inginkan, dan sekarang berita China berpotensi melambat," tambah mereka.
Investor tetap khawatir tentang potensi kepergian Yunani dari zona euro karena bergulat dengan krisis utang yang sangat besar dan kemungkinan dampaknya pada negara zona euro lainnya yang mengalami ketegangan keuangan parah seperti Italia dan Spanyol.
Kekhawatiran atas program nuklir Iran, yang diduga menyembunyikan pengembangan senjata atom, mendorong kenaikan harga di New York, kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.
"Pasar tidak ingin menjual sebelum masuk ke akhir pekan panjang berkat beberapa berita utama tentang pengayaan nuklir Iran yang ditemukan penginpeksi," Lipow mengatakan.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menemukan jejak uranium kelas yang lebih tinggi di Iran, dan mengatakan itu mungkin karena kesalahan teknis bukan upaya untuk memperkaya ke kelas senjata.
Iran dan enam kekuatan dunia mengakhiri dua hari pembicaraan nuklir intens di Baghdad pada Kamis dengan terlihat tidak ada kemajuan dan sepakat untuk bertemu bulan depan di Moskow, pada 18-19 Juni.
Analis Commerzbank, Carsten Fritsch mengatakan bahwa harga minyak memperoleh dukungan dari kurangnya terobosan dalam pembicaraan. "Sebelum pembicaraan telah terjadi harapan terobosan. Sekarang ini
harapan tidak dipenuhi, bagian dari premi risiko dapat kembali, yang akan menentang setiap penurunan lebih lanjut dalam harga minyak," katanya.