Senin 28 May 2012 11:25 WIB

Wanita Mulai Jadi Pemimpin Organisasi Penyelundup Narkotika di Mexico

Seorang korban perang kartel narkoba Meksiko tewas tergeletak di jalanan.
Foto: AP/Miguel Tovar
Seorang korban perang kartel narkoba Meksiko tewas tergeletak di jalanan.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Jika selama ini pimpinan organisasi narkotika dominan diisi pria, namun kini, para wanita di Mexico mulai banyak menempati kasta tertinggi dalam organisasi penyelundupan narkotika atau kartel tersebut.

Mereka, para wanita, umumnya menggantikan kerabat atau saudara mereka yang tewas semenjak pemerintah Mexico gencar melakukan serangan pada organisasi penyelundup narkotika itu.

Dengan kecantikan dan tingkat kewaspadaan yang dimiliki wanita, membuat organisasi penyelundupan narkotika di Mexico semakin kuat.

Demikian yang ditulis dalam sebuah buku berjudul "Female Bosses of Narco-Traffic" karya Arturo Santamaria, seorang peneliti di Autonomous University of State of Sinaloa. Ia melacak meningkatnya kehadiran wanita di dalam organisasi penyelundup narkotika.

"Penyelundup narkotika akan jadi makin kuat dengan kondisi ini," tulis Santamaria. "Mereka akan makin sulit diperangi sebab perempuan kelihatannya bertindak lebih cerdik."

Sebanyak 50.000 orang tewas sejak 2006 dalam penindasan pemerintah atas kejahatan terorganisir tersebut yang telah memicu perang perebutan wilayah antar kartel, juga saat mereka terlibat pertempuran dengan satuan kontra-narkotika militer Meksiko.

Dalam perebutan wilayah dan gempuran militer meksiko itu, Santamaria mengatakan, kebanyakan korban tewas adalah pria anggota kartel sehingga mengakibatkan perubahan komposisi organisasi dengan menempatkan pria muda dan perempuan yang naik ke posisi puncak organisasi.

"Janda, anak perempuan, kekasih dan pacar para petinggi organisasi yang tewas telah turun-tangan," kata penulis itu sebagaimana dilaporkan AFP.

Beberapa wawancara dengan para peneliti dan wartawan yang dimuat di buku itu bercerita mengenai kisah mereka.

"Setelah mereka membunuh ayah saya, saudara saya menggantikan," begitu kenang salah seorang perempuan. "Namun ia tewas ditembak dalam baku-tembak belum lama ini, dan sekarang saya telah mengambil-alih kendali (organisasi)."

Di negara bagian Sinaloa, Meksiko barat-laut, wilayah utama penghasil marijuana dan poppy di Meksiko dan tempat tinggal gembong narkotika kenamaan, banyak perempuan muda tumbuh dan berkembang di sekitar kegiatan usaha tersebut. "Mereka menyerap itu (narkotika) sejak mereka masih kecil. Mereka tahu  itu (memproduksi marijuana dan poppy) dan bagaimana cara mengoperasikannya," kata Santamaria.

Perempuan mulanya direkrut dalam kegiatan memproduksi sari dari poppy, sebuah proses rumit yang memerlukan ketelitian tinggi. 

"Setelah itu, mereka mulai dipekerjakan dengan mengangkut narkotika, pencucian uang dan terlibat dalam apa yang disebut "diplomasi narkotika" dengan memanfaatkan kecantikan mereka untuk mendekati pejabat pemerintah atau polisi," kata Santamaria. "Dan belakangan, mereka mulai terlibat dalam berbagai operasi tingkat tinggi lainnya," ia mengatakan lagi.

Mereka mempelajari bagaimana caranya menangani orang lain, mengelola operasi dan menggerakkan uang, keterampilan yang akhirnya mempersiapkan mereka untuk mengambil-alih tampuk organisasi.

Hingga Oktober tahun lalu, 46 perempuan yang menjadi pemimpin kartel telah ditangkap oleh pemerintah Meksiko, demikian keterangan dari kantor jaksa agung di negeri tersebut.

Santamaria mengatakan, perempuan bertindak dengan lebih hati-hati dan lebih jarang menggunakan kekerasan ketimbang lelaki.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement