Selasa 29 May 2012 05:57 WIB

Mengenal Dua Capres Mesir Pengganti Mubarak

Capres Mesir Dr Mohamed Moursi (60) dan  Jenderal (Purn) Ahmed Shafik (70)
Foto: africanglobe.net
Capres Mesir Dr Mohamed Moursi (60) dan Jenderal (Purn) Ahmed Shafik (70)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mesir, Farouk Soltan, pada Senin menetapkan dua dari 13 calon presiden (Capres) yang meraih suara terbanyak untuk bertarung dalam pemilihan presiden (Pilpres) putaran kedua yang akan digelar pada 16 dan 17 Juni mendatang.

Pilpres tahap kedua ini dilakukan karena pada pemilihan putaran pertama yang berlangsung 23 dan 24 Mei, tidak ada Capres yang meraih mayoritas mutlak 50 persen lebih satu suara.

Dua Capres yang memperoleh suara terbanyak tersebut adalah Dr Mohamed Moursi (60) dari Ikhwanul Muslimin dan calon independen Jenderal (Purn) Ahmed Shafik (70).

Moursi bertengger di urutan teratas perolehan suara dengan selisih tipis mencapai 5,7 juta suara, sementara Shafik menempati posisi kedua dengan jumlah suara 5,5 juta.

Berikut profil kedua kandidat presiden pengganti Hosni Mubarak yang digulingkan dalam revolusi pada awal tahun lalu.

Moursi, lahir di desa Adwah, Provinsi Syarqiyah, bagian timur Mesir, pada 20 Agustus 1951 dari keluarga petani sederhana.

Saat ini, ia mengetuai Partai Kebebasan dan Keadilan atau Hizbul Hurriyah Wal Adalah, sayap politik Ikhwanul Muslimin.

Ia meraih doktor bidang teknik material pada University of Southern California pada 1982, dan menjadi dosen sebagai profesor pembantu di universitas tersebut pada 1982-1985.

Pada 1985-2010, Moursi mengetuai jurusan teknik material pada Universitas Zakazik, Mesir, dan dosen teknik di Cairo University.

Sejak 1977, Moursi mulai aktif di Ikhwanul Muslimin dan berulang kali masuk penjara atas tuduhan melakukan gerakan bawah tanah untuk menggulingkan pemerintah.

Memang, sepanjang tiga rezim Mesir mulai dari Presiden Gamal Abdel Nasser (1953-1970), berlanjut rezim Presiden Anwar Saddat (1970-1981) hingga Presiden Mubarak (1981-2011), Ikhwanul Muslimin dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

Jabatan terakhir di Ikhwanul Muslimin, ia sebagai anggota (Irsyad) atau dewan pimpinan di jajaran organisasi berpengaruh tersebut.

Dalam pemilihan umum pada 2000, Moursi tepilih sebagai anggota parlemen dan kemudian terpilih menjadi juru bicara kubu Ikhwanul Muslimin di dewan legislatif itu. Moursi memiliki seorang istri dan dikaruniai lima anak dan tiga cucu.

Adapun Capres Ahmed Shafik, lahir di Kairo pada 8 November 1941. Ia membina karir militer sejak 1961 dan purnawirawan pada 2002. Di bidang militer Shafik menjabat Kepala Staf Angkatan Udara pada 1996-2002.

Shafik kemudian diangkat menjadi Menteri Penerbangan Sipil pada 2002-2011. Ketika pecah revolusi 25 Januari 2011, Shafik diangkat menjadi Perdana Menteri selama empat pekan dari 31 Januari hingga 3 Maret 2011.

Kabinet Shafik dibubarkan menyusul tumbangnya rezim pimpinan Presiden Mubarak pada 11 Februari 2011.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement