Rabu 30 May 2012 15:20 WIB

Netanyahu: Kekuatan Dunia Terlalu Lunak kepada Iran

PM Israel Benyamin Netanyahu
PM Israel Benyamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Selasa (29/5) menuntut dunia lebih tegas terhadap Iran. Ia mencaci negara-negara kekuatan dunia karena dianggapnya terlalu lunak dalam pembicaraan dengan Iran. Ia mengatakan bahwa sanksi keras harus disertai dengan tuntutan yang keras pada program nuklir Iran.

Berbicara di sebuah konferensi keamanan internasional di Universitas Tel Aviv, ia mengulangi permintaan Israel agar Iran menghentikan semua kegiatan pengayaan uranium, mengeluarkan semua bahan yang telah diperkaya dari wilayahnya dan membongkar fasilitas nuklir bawah tanahnya di dekat Qom.

"Hanya komitmen eksplisit Iran untuk negosiasi dan pelaksanaan dari semua tiga tuntutan itu, serta verifikasi penuh pelaksanaannya, dapat menghentikan program nuklir Iran, "kata Netanyahu. "Itu perlu menjadi tujuan negosiasi, tapi saya sedih untuk mengatakan bahwa bukan itu yang dituntut dari Iran. "

Sebuah pertemuan dua hari di Baghdad pekan lalu antara Iran dan apa yang disebut P5 +1 --Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat serta Jerman-- menyepakati satu keputusan tunggal yaitu untuk melakukan pertemuan kembali di Moskow pada 18-19 Juni.

"Bisa diduga bahwa negara kekuatan dunia akan menuntut Iran menghentikan semua pengayaannya sekalipun ada sejumlah pelanggaran sebelumnya," kata Netanyahu.

Israel, satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki nuklir namun tidak mengumumkannya. Negara itu melihat keberadaannya terancam jika musuh bebuyutannya, Iran, juga memiliki senjata nuklir.

Sebagaimana Amerika Serikat, Israel menolak mengesampingkan opsi pengeboman situs nuklir Iran. Presiden Israel Shimon Peres, Selasa, mengatakan bahwa Iran berpotensi besar menciptakan  holocaust baru terhadap Israel.

"Kebijakan (nuklir) Iran membayangi seluruh wilayah. Mereka benar-benar membangun senjata nuklir. Senjata ini merupakan ancaman bagi seluruh dunia, "katanya.

"Presiden Iran (Mahmoud Ahmadinejad) mengancam sebuah Shoah baru. Kami tidak bisa mengabaikan itu, "katanya, menggunakan istilah Ibrani untuk holocaust.

Badan intelijen Barat mencurigai Iran mungkin telah mencari upaya untuk membangun senjata nuklir baru, tetapi tidak menemukan bukti bahwa ia benar-benar melakukannya. Iran menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya bertujuan damai.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement