REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Kandidat presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Mohammed Mursi berusaha untuk menghilangkan ketakutan masyarakat akan diterapkannya Syariah (hukum Islam) jika dia terpilih sebagai presiden, Selasa (29/5). Ia juga menyatakan bahwa dirinya menyuarakan dukungan bagi hak-hak perempuan dan kebebasan berekspresi serta mengatakan Kristen Koptik akan menjadi mitra dalam membangun Mesir.
Mursi, yang bersiap menghadapi mantan Perdana Menteri era pemerintahan Hosni Mubarak, Ahmad Syafiq, dalam putaran kedua pemilihan presiden pada bulan Juni, mengatakan berkomitmen untuk adanya sistem checks and balances di mana kekuasaan dipisahkan.
"Kami ingin negara demokratis nasional dengan pemisahan kekuasaan," katanya. Mursi juga menambahkan bahwa tujuan hal itu adalah untuk membangun Mesir yang bebas dan demokratis yang akan menikmati keadilan sosial.
Insinyur berpendidikan AS dan pimpinan Partai Kebebasan dan Keadilan Ikhwanul Muslim itu mengatakan prioritasnya jika menjadi presiden adalah memulihkan keamanan dan ketertiban Mesir setelah 15 bulan kerusuhan yang mengakibatkan kerusakan yang signifikan terhadap perekonomian sehingga menaikkan tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Mursi juga mencari dukungan dari pemilih liberal yang frustrasi, yang menemukan diri mereka kalah setelah hasil pemilu putaran pertama. Pernyataan ini tampaknya merupakan konsesi besar dari seorang pemimpin Islam yang telah berjanji selama kampanyenya untuk memberlakukan Syariah Islam, yang mencakup aturan pakaian untuk perempuan.
Selain itu, Mursi juga berusaha meyakinkan warga Kristen Koptik di negara itu, yang mayoritas dari mereka dilaporkan akan memilih Syafiq di babak kedua pemilu. "Warga Koptik adalah mitra dalam bangsa dan mereka memiliki semua hak mereka," kata Mursi.