REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL---Dua orang, termasuk pengusaha Korea Selatan di Selandia Baru, telah ditangkap karena dicurigai mengumpulkan informasi intelijen mengenai peralatan militer buat Korea Utara, kata polisi.
Kedua orang itu, yang ditangkap awal Mei, adalah pria 74 tahun yang hanya diidentifikasi sebagai Lee dan Kim (56), yang memiliki kewarganegaraan Selandia Baru dan terlibat dalam perdagangan dengan Korea Utara.
Lee dihukum penjara seumur hidup dengan tuduhan melakukan kegiatan mata-mata pada 1972 dan dan dibebaskan dengan bersyarat pada 1990, tapi masih tetap setia pada Pyongyang, kata polisi di dalam satu pernyataan.
Kedua orang itu telah mengumpulkan informasi mengenai peralatan militer dan perlengkapan yang dapat mengganggu sinyal sistem posisi global (GPS), kata seorang penyelidik kepada AFP.
Mereka juga menemui orang yang dicurigai sebagai agen Korea Utara pada Juli lalu di Kota Dandong di perbatasan Cina timur laut, katanya. "Kami telah memiliki bukti bahwa mereka mengumpulkan informasi intelijen mengenai peralatan militer sensitif. Tapi tidak jelas apakah mereka memang telah menyampaikan informasi tersebut kepada orang yang dicurigai sebagai agen," kata penyelidik itu.
Korea Selatan secara berkala menahan orang yang diduga melakukan kegiatan mata-mata buat tetangganya, yang berfaham Komunis. Pelaku kegiatan mata-mata bisa menghadapi hukuman maksimal, mati, di Korea Selatan, walaupun tak seorang pun pernah dihukum mati karena melakukan kejahatan sejak 1997.
Kasus paling akhir setelah tuduhan Seoul bahwa Pyongyang telah mengirim sinyal yang dirancang untuk membuat macet sistem GPS ratusan kapal dan pesawat sipil di Korea Selatan dari 28 April sampai 13 Mei. Seoul menyatakan sinyal itu berasal dari Kota perbatasan Kaesong di Korea Utara dan memaksa lalulintas udara serta laut menggunakan peralatan navigasi mereka untuk menghindari terancamnya keselamatan.
Korea Utara membantah tuduhan Korea Selatan dan mencapnya sebagai "palsu" dengan tujuan memfitnah negara Komunis itu. Macetnya sinyal FPS tersebut terjadi saat ketegangan lintas-perbatasan tinggi. Korea Utara telah mengancam "akan melancarkan perang suci" melawan Korea Selatan dalam pembalasan atas penghinaan selama peringatan kelahiran pendiri Korea Utara, Kim Il-Sung, pada April.