REPUBLIKA.CO.ID, Sejak tahun 2003 bersamaan dengan jatuhnya Partai Baath dan rezim Saddam Hussein, rezim Zionis Israel selalu mencari pijakan di Irak.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional Irak Muwaffaq al-Rabii, baru-baru ini mengumumkan bahwa sejumlah anasir Dinas Intelijen Israel (Mossad) memasuki Irak dengan berbagai dalih.
Menurut al-Rabii, mayoritas dari mereka memasuki Irak di bawah payung institusi-institusi sipil atau sebagai pegawai jasa perusahaan. Anasir Mossad tersebut berkewarganegaraan ganda Amerika-Israel.
Muwaffaq al-Rabii menegaskan bahwa semua anasir tersebut masuk ke Irak bertujuan melancarkan spionase di negara ini.
Disebutkan bahwa teror terhadap ulama, ilmuwan, pilot dan berbagai lapisan tertentu adalah bagian dari aktivitas institusi dan staf lembaga sipil yang disponsori Mossad.
Berdasarkan sejumlah data, dalam kurun waktu 1,5 tahun dari agresi Amerika Serikat ke Irak, lebih dari 250 dosen tewas diteror. Hal itu merupakan langkah Washington dan Tel Aviv untuk mengosongkan Irak dari para ilmuwan dan cendekiawan.
Tidak diragukan lagi, pendudukan atas Irak oleh AS menjadi peluang emas bagi kehadiran rezim Zionis di negara itu. Hingga kini puluhan perusahaan yang berafiliasi dengan Israel aktif di Irak. Mayoritas nama perusahaan itu dengan nama Arab dan Latin supaya tidak menaruh kecurigaan bagi rakyat Irak.
Majalah Prancis Le Figaro menulis, Irak utara merupakan basis operasi Mossad untuk melancarkan berbagai aksi anti-negara itu dan negara-negara tetangganya. Pada masa pendudukan Amerika atas Irak, Israel berhasil bercokol di negara itu untuk melancarkan berbagai aksi anti-keamanan.
Mengingat wilayah Kurdistan Irak berbeda dengan kawasan Irak lainnya karena memiliki pemerintahan otonomi, maka wilayah tersebut menjadi perhatian khusus bagi Israel di banding dengan wilayah yang lain. Sebagian kantor perusahaan yang investornya dari Israel berada di Kurdistan.
Meski terdapat puluhan kantor jasa perusahaan, seperti transportasi yang mendapat dukungan dana dari rezim Zionis, namun hingga kini, pejabat Kurdistan membantah memiliki hubungan dengan Israel.
Walaupun Israel mampu menyusup di Irak dan melancarkan spionase dan teror di negara itu, namun yang perlu diingat adalah rakyat Irak sangat anti-Zionis. Kebencian mereka terhadap Israel amat tinggi. Marja besar di Irak telah berulangkali memperingatkan adanya aktivitas rezim Zionis di negara itu. Mereka menuntut pejabat Baghdad untuk melenyapkan segala bentuk perwujudan Zionis di Irak.
Mengingat mayoritas aktivitas Israel dan Mossad dalam kerangka perusahaan perdagangan atau jasa tertentu, maka mereka hanya dapat menjalankan langkah tersebut dalam skala terbatas. Bahkan hingga kini Tel Aviv tidak berani mendirikan perusahaan di Irak dengan menggunakan nama dari bahasa Ibrani. Hal itu menunjukkan bahwa Israel memahami kegagalannya meski semua upaya telah dilakukan.