Jumat 01 Jun 2012 11:34 WIB

Portugal Usir Dubes Suriah

Suasana di kota Homs, Suriah, Senin (28/5).
Foto: AP
Suasana di kota Homs, Suriah, Senin (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LISABON -- Portugal menyatakan duta besar Suriah untuk negara tersebut sebagai persona non-grata, kata Kementerian Luar Negeri Portugal, Kamis (31/5). "Keputusan ini dibuat berdasarkan kejadian-kejadian terakhir, yaitu pembantaian Houla akhir pekan lalu," kata Menteri Luar Negeri Portugal Paulo Portas, seperti dilansir Xinhua, Jumat (1/6).

Saat ini, Duta Besar Suriah untuk Portugal, Lamia Chakkour, yang berbasis di Paris, juga menjabat sebagai perwakilan pemerintah Suriah untuk Prancis dan di Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Awal pekan ini, Amerika Serikat dan banyak sekutunya telah mengumumkan pengusiran diplomat Suriah dari negara mereka dalam satu langkah terkoordinasi untuk meningkatkan tekanan terhadap Damaskus. Hal itu dilakukan setelah terjadinya pembunuhan massal di Houla, desa di Suriah. Lebih dari 100 orang dilaporkan tewas. Kelompok oposisi menyebut tragedi itu karena pembunuhan oleh pasukan pemerintah, sementara pemerintah menuding kelompok tetoris sebagai pelakunya.

Sementara itu, Rusia berharap negara-negara Eropa tidak akan mengizinkan intervensi militer di Suriah, kata utusan Rusia untuk Uni Eropa (UE), Kamis. "Saya berharap para pemimpin Eropa dan lainnya cukup tenang dan mampu untuk memperkirakan situasi tenang, tidak mengikuti jalan berbahaya yang memompa ketegangan, apalagi intervensi militer," kata Vladimir Chizhov saat konferensi jaringan video Brussels-Moskow.

Diplomat itu mencatat bahwa Uni Eropa sejauh ini tidak menganjurkan intervensi militer atau mengusir diplomat Suriah dari Brussel. Ia juga menekankan bahwa Rusia mendukung dialog antar-Suriah dan tidak akan terlibat dalam konflik di negara Timur Tengah. "Kami membela hak internasional dan kemungkinan bagi Suriah untuk memutuskan masa depan negara mereka dalam lingkungan yang normal, (sementara) pengaruh Barat (oposisi Suriah) tidak cukup kuat," kata Chizhov.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement