Jumat 01 Jun 2012 16:35 WIB

Kerusuhan Suriah, Didalangi Milisi Bentukan Pemerintah Suriah?

Rep: Lingga Permesti/ Red: Taufik Rachman
 Sejumlah mobil yang hancur terkena ledakan bom di kota Idlib, Suriah, Senin (30/4).
Foto: Reuters
Sejumlah mobil yang hancur terkena ledakan bom di kota Idlib, Suriah, Senin (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Suriah menuduh kelompok kriminal bersenjata dibalik aksi kerusuhan sejak Maret 2011. Sebaliknya, aktivis oposisi justru menuduh milisi shabiha yang disponsori negara yang melakukan tindakan kekerasan dan pembantaian terhadap warga Suriah. Sebenarnya siapa yang memberi perintah shabiha dan membayar mereka?

Berdasar situs BBC, sepanjang pemberontakan, Suriah mengatakan melihat pria bersenjata berat berpakaian hitam bertempur melawan pasukan Suriah. Kelompok tersebut dituduh tidak hanya membunuh dan memukuli orang saat demonstrasi, tetapi juga mengintimidasi, melakukan eksekusi dan menembak dari jarak dekat.

aktivis mengatakan, kehadiran mereka justru memungkinkan pemerintah menyangkal terlibat dalam tindakan brutal terhadap para demonstran. "Mereka tidak takut untuk menggunakan kekuatan, kekerasan, senjata, dan pemerasan" kata Ammar Qurabi dari Syria's National Organization for Human Rights. Dengan demikian, lanjut Qurabi, rezim akan tetap bersih dan berkata kelompok terorislah yang melakukan kekerasan dan bukan pemerintah.

 

Tidak jelas siapa mereka, siapakah yang membayar mereka dan siapakah yang memberi perintah. Tetapi istilah "shabiha" telah berulang kali digunakan untuk menggambarkan mereka. Jawabannya tampaknya terletak dengan milisi bersenjata dari dekat desa Alawite yang dikenal dengan Shabiha, yang dalam bahasa Arab berarti hantu.

Istilah ini diyakini pertama kalinya muncul untuk geng penyelundup gelap yang tumbuh di sekitar kota pesisir Latakia pada tahun 1970-an. Mereka terkenal sebagai sindikat kejahatan terorganisir. Di kota-kota di sepanjang pantai Mediterania, shabiha bermarkas dan menyelundupkan senjata, obat-obatan dan melakukan tindak kriminal lainnya. Warga disebut-sebut tidak berani mengucapkan nama mereka.

Shabiha kemudian berkembang di bawah pengawasan presiden Hafez al-Assad, ayah Bashar al-Assad. Banyak dari anggota shabiha adalah keluarGa Assad sendiri dan terhubung dengan keluarga Deeb dan Makhlouf. Keterlibatan shabiha terlihat ketika shabiha membantu Hafez menjadi presiden dengan mengkudeta presiden sebelumnya.

Anggota shabiha dilaporkan dipersenjatai oleh brigadir pertahanan yang juga saudara Hafez.  Pada 1990-an, para shabiha mengabaikan pemerintahan di Latakia. Ini menyebabkan pemerintahan Hafez malu karena terlalu banyak tindakan brutal yang dilakukan kelompok itu.

Bashar kemudian ditugaskan sang ayah untuk membungkam shabiha dan memulihkan hukum serta ketertiban kota. Tindakan Bashar memang mampu menahan aksi memalukan shabiha, tetapi kekuasaan dan pengaruhnya masih terasa.

 

Pada akhir Maret 2011, kelompok shabiha tampaknya membantu Assad untuk menghadapi para pemrotes anti pemerintah di Latakia serta kota-kota terdekat di Baniyas dan Jabla. Hal ini dilakukan mereka untuk membayar utang mereka kepada rezim dengan melakukan banyak pekerjaan dan menekan perbedaan pendapat.

Penduduk mengatakan, anggota shabiha bergabung dengan tentara Assad untuk menyerang warga sipil. Sementara pejabat Suriah membantah menggunakan milisi shabiha untuk mengintensifkan serangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement