Sabtu 02 Jun 2012 11:16 WIB

Diplomasi Macet, AS-Iran Berperang di Dunia Maya

Oerang Dunia Maya (ilustrasi)
Foto: pumabydesign001.wordpress.com
Oerang Dunia Maya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat dan Iran terlibat dalam perang lama di dunia maya, yang tampaknya meningkat di tengah kebuntuan diplomasi mengenai program nuklir kontroversial Teheran. Virus "Flame", yang muncul belum lama ini, diduga merupakan bagian dari percekcokan tersebut.

Namun, menurut ahli keamanan, Washington bisa jadi memiliki alat yang jauh lebih canggih "di kantongnya", kata beberapa ahli keamanan. "Negara besar dengan lembaga mata-mata besar telah menggunakan jenis teknik ini selama lebih dari satu dasawarsa," kata James Lewis, pejabat senior yang memantau teknologi di Pusat bagi Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington.

Lewis mengatakan mata-mata dunia maya "bukan senjata" tapi dapat "sangat efektif" sebagai alat intelijen dan dapat menghindari masalah dengan pengawasan tradisional seperti pesawat mata-mata. "Jika anda harus memilih antara ini dan seorang pilot yang bermanuver di jalan-jalan Teheran, ini jauh lebih disukai," katanya.

Namun Lewis menyatakan virus "Flame" lebih primitif dibandingkan dengan yang diduga seseorang muncul dari dinas intelijen AS. "Saya berharap bukan AS yang mengembangkannya sebab itu tidak terlalu canggih," kata Lewis sebagaimana dikutip AFP.

Ia menyatakan Israel juga memiliki kemampuan yang sangat maju, dan itu barangkali berarti "Flame" dikembangkan di "negara lapis-kedua". Beberapa pengulas menganggap "Flame" sangat canggih. Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) menyatakan virus tersebut "jauh lebih rumit dibandingkan dengan ancaman maya apapun yang pernah ada sebelumnya".

Johannes Ulrich, ahli keamanan komputer di SANS Technology Institute, mengatakan "Flame" adalah alat yang agak "kikuk" dibandingkan dengan jenis lain perangkat jahat. Namun, itu mungkin adalah versi kasar atau bentuk terkini yang dapat dikemas jadi versi "yang lebih dipoles.

"Bagian teknologi tersebut tak sehebat itu, dan saya kira itu agak dibesar-besarkan dalam beberapa laporan," kata Ulrich. Dari mana tepatnya perangkat jahat itu berasal tak mungkin diketahui dari kodenya, kata Ulrich.

"Itu tak memperlihatkan satu pihak saja," katanya. "Apakah itu satu pemerintah atau satu kelompok penjahat, sulit dijelaskan," katanya. Marcus Sachs, mantan direktur Pusat Badai Internet di SAN Institute, mengatakan "Flame dapat ditulis oleh siapa pun di dunia maya, namun tapi virus tersebut terlihat sebagai produk badan mata-mata yang mengincar  satu negara".

Sachs mengatakan "Flame" bukan alat sabotase seperti virus "Stuxnet", yang mengincar sistem kendali di Iran. Namun "Flame: menyerupai perangkat mata-mata yang berusaha "mengumpulkan properti intelektual tapi itu dapat menjadi alat pengawasan oleh satu pemerintah asing".

Baik AS maupun pemerintah Israel belum secara terbuka mengakui bahwa mereka pembesut "Flame", kendati seorang menteri senior Israel mengatakan penggunaan perangkat lunak guna menghadapi rencana nuklir Iran akan "beralasan".

Sementara itu, militer AS telah mengakui sedang mengerjakan sistem perang maya baik yang bersifat bertahan maupun menyerang. Lembaga Proyek Penelitian Maju Pertahanan di Pentagon telah mengungkapkan beberapa perincian mengenai "Rencana X"-nya, yang disebutkan "program perang maya mendasar" yang dirancang dari keahlian akademis, industri dan masyarakat permainan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement