REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO - Ketua dewan kepresidenan Bosnia dari kelompok Muslim mengecam presiden baru Serbia Tomislav Nikolic, Jumat (1/6). Nikolic dianggap mengabaikan pembantaian di Srebrenica tahun 1995 yang menewaskan 8.000 warga Muslim.
Baik Pengadilan Kejahatan Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY) di Den Haag, Belanda maupun Mahkamah Internasional (ICJ) menetapkan bahwa pembantaian di Srebrenica merupakan genosida atau pembersihan etnis.
Tetapi dalam satu wawancara dengan stasiun televisi Montenegro yang disiarkan di lamannya, Nikolic mengatakan: "Tidak ada genosida di Srebrenica. Di Srebrenica, kejahatan perang dilakukan oleh sejumlah warga Serbia yang harus dicari, diadili dan dihukum.
"Sangat sulit untuk mendakwa seseorang dan membuktikannya di pengadilan bahwa satu kejadian dinyatakan sebagai genosida."
Bakir Izetbegovic, yang sama-sama anggota dewan kepresidenan tiga orang bersama dengan seorang wakil Kroasia dan seorang Serbia, mengatakan pernyataan-pernyataan seperti itu menghina mereka yang selamat. "Bantahan genosida di Srebrenica ... tidak akan membuka jalan bagi kerja sama dan rekonsiliasi di kawasan itu, tetapi sebaliknya dapat menimbulkan kesalahfahaman dan ketegangan baru," katanya dalam satu pernyataan.
Pasukan Serbia Bosnia berada di bawah komando Jenderal Ratko Mladic, membunuh sekitar 8.000 warga Muslim pria dan anak laki-laki setelah merebut kota Srebrenica. Padalah kota itu diumumkan sebagai satu "tempat berlindung" oleh PBB, menjelang berakhirnya perang Bosnia 1992-1995.
Mladic dan pemimpin politik Serbia semasa perang Radovan Karadzic diadili di Den Haag, Belanda atas tuduhan antara lain genosida. "Dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti itu, Nikolic secara jelas menunjukkan bahwa ia tidak bersedia menghadapi kebenaran tentang kejadian-kejadian pada masa lalu kami," kata Izetbegovic.
Nikolic mengaku dirinya sebagai seorang konservatif pro-Eropa sejak memisahkan diri tahun 2008 dari mentor ulranasioalisnya Vojislav Seselj. Tokoh yang disebut itu juga diadlidi Den Haag atas tuduhan kejahatan perang, dan mengatakan ia akan terus berusaha bagi keanggotaan Serbia dalam Uni Eropa.
Seorang juru bicara ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton mengatakan kantornya sedang berusaha untuk menjernihkan pernyataan Nikolic itu. Tetapi ia ingin mengingatkan kepada siapapun bahwa Srebrenica telah dikofirmasikan oleh OCTY dan ICJ sebagai tempat pembantaian. Srebrenica adalah tempat pembantaian terbesar di Eropa sejak perang Dunia II, satu kejahatan terhadap seluruh umat manusia. Kita tidak akan pernah melupakan itu dan tindakan seperti itu jangan terulang kembali," kata Ashton
Nikolic juga mengatakan ia tidak akan menghadiri peringatan tahunan pembantaian di Srebrenica Juli. "Jangan selalu menanyakan kepada presiden Serbia apakah ia akan pergi ke Srebrenica," katanya dalam wawancara itu.
"Orang yang saya gantikan Boris Tadic berada di sana dan memberikan hormat. Mengapa setiap presiden harus melakukan hal yang sama?"
Tadic mengawasi penangkapan dan pengekstradisian Karadzic dan Mladic, Ia mendorong satu permintaan maaf atas pembantaian itu melalui parlemen dan mengunjungi Srebrenica sebagai bagian dari usaha untuk memperkuat rekonsiliasi.