REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Ketegangan Amerika Serikat (AS) dengan Iran terkait program nuklirnya hingga saat ini belum mereda. Jika kondisi memburuk, terkait seruan perang Israel kepada AS atau agresi militer, Iran diyakini telah siap melakukan serangan balasan.
Hal itu terlihat dari pernyataan Komandan Militer Iran, Brigadir Jenderal Yahya Rahim Safivi. Dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Jumat (1/6) ia menegaskan bahwa rudal-rudal yang dimiliki Iran mampu menjangkau semua pangkalan AS di Timur Tengah. Termasuk Israel. Karena itu, menurut dia, tidak ada tempat lagi bagi negeri Yahudi tersebut untuk bersembunyi.
"Para politisi dan militer Amerika Serikat sangat menyadari fakta bahwa semua basis mereka (di wilayah Timteng) dalam jangkauan rudal Iran. Dan dalam hal apapun, militer AS di wilayah ini sangat rentan serangan," tutur penasihat militer Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei ini.
Para pejabat militer senior juga mencatat bahwa Amerika Serikat dan Israel tidak mampu memulai perang lain di kawasan itu, mengingat fakta bahwa "ekonomi dan militer" mereka dalam kondisi rapuh.
"Mereka mungkin saja dapat memulai perang, tetapi ujung dari perang tidak di tangan mereka, melainkan akan berada di tangan Iran," tegas Rahim Safavi.
Dia juga mengatakan bahwa kemungkinan kecil AS atau Israel akan melancarkan perang habis-habisan militer terhadap Iran dalam waktu dekat ini. "Tentara dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mempunyai rencana yang efektif dalam menyangkal bahaya yang datang dan sudah menyiapkan diri menghadapi bahaya tersebut," lanjutnya.
Ia menunjuk strategi pertahanan Iran dan kekuasaannya dalam mencegah. Ia juga memaparkan bahwa serangan balasan Republik Islam mampu menimbulkan kerusakan para agresor secara proporsional dan bijaksana. "Yang itu berarti kita mampu melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan pada kita," katanya.
Plot musuh yang menggambarkan Iran saat ini, ditambahkan dia, dalam keadaan tidak stabil. "Iran adalah sebuah negara yang stabil dan kuat, kita memiliki negara yang aman," bebernya.
Pernyataan Rahim Safavi muncul setelah Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengatakan bahwa Pentagon telah menyiapkan rencana untuk melakukan serangan militer terhadap Iran jika diplomasi gagal dalam sengketa program nuklir Republik Islam itu.
"Premis mendasar adalah bahwa baik Amerika Serikat atau komunitas internasional mengatakan bahwa memungkinkan bagi Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Namun, kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah mereka mengembangkan senjata, "ujar Panetta Minggu lalu.
Washington dan Tel Aviv berulang kali mengancam Tehran dengan 'pilihan' serangan militer dalam upaya memaksa Iran untuk menghentikan program energi nuklirnya, yang telah diawasi secara ketat oleh inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Iran sendiri berulang kali menolak keras publisitas Barat bahwa program nuklirnya dapat dialihkan ke tujuan militer. Iran juga bersikeras bahwa sebagai penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi nuklir dan anggota IAEA, Iran berhak untuk memiliki teknologi nuklir untuk keperluan berbagai perusahaan sipil.