Ahad 03 Jun 2012 17:25 WIB

Prancis: Intervensi di Suriah, Jika Ada Mandat PBB

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Seorang bocah lelaki memegang sarung guling replika jasad mati saat menggela demonstrasi menentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad di Binsh, Idlib, pada Sabtu (2/6)
Foto: Reuters/Shaam News Network/Handout
Seorang bocah lelaki memegang sarung guling replika jasad mati saat menggela demonstrasi menentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad di Binsh, Idlib, pada Sabtu (2/6)

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian mendukung adanya intervensi militer di Suriah, tetapi hal itu hanya dapat dilakukan jika ada mandat dari PBB.  "Presiden Prancis Francois Hollande tidak akan menolak intervensi militer, tetapi harus berada di bawah mandat PBB," katanya, Sabtu (2/6).

Berbicara di Singapura pada pertemuan Asian Security Summit tetap mendesak Rusia untuk menjatuhkan dukungan untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad. Rusia, katanya, harus memahami bahwa masa depan Suriah akan terpuruk jika Assad masih berkuasa. "Sampai saat itu kita harus meningkatkan tekanan, meningkatkan sanksi, memobilisasi opini publik dan mengisolasi Assad," katanya.

Sementara itu, mayoritas rakyat Prancis mendukung intervensi militer di Suriah dan Prancis harus berperan aktif dalam intervensi tersebut. Jajak pendapat Ifop, Sabtu (2/6) menunjukkan, pandangan publik Prancis saat ini 58 persen menginginkan intervensi militer di Suriah, meningkat dari 52 persen pada Februari sebelumnya. Dukungan keteribatan Prancis juga melonjak dari 38 persen menjadi 50 persen.

Kenaikan ini terkait dengan kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh rezim Assad. Jajak pendapat Ifop online, dilakukan dari 30 Mei-1 Juni untuk koran daerah Ouest Perancis. Survei dilakukan kepada 1.000 orang yang berusia 18 tahun.

Di sisi lain, utusan perdamaian PBB dan Liga Arab, Kofi Annan menuduh pasukan Suriah melakukan kekejaman dan penangkapan sewenang-wenang terhadap oposisi dan pemberontak Suriah. Sebelumnya, sembilan orang tewas dan 42 lainnya terluka dalam pertempuran di negara tetangga utara kota Lebanon pelabuhan Tripoli. "Assad harus membuat langkah berani dan berkomitmen melakukan gencatan senjata dan menghentikan semua kekerasan," kata Annan.

Pertempuran di Tripoli, sekitar 70 kilometer dari Beirut membawa kekhawatiran bahwa kerusuhan tersebut dapat berimbas ke negara tetangga. Kekerasan tersebut juga memicu kekhawatiran internasional bahwa konflik bisa dapat merembet pada kekerasan terhadap etnis dan agama.

Annan juga memperingatkan bahwa Suriah apat terjerumus ke dalam perang total. "Momok perang saudara total, dengan dimensi sektarian yang mengkhawatirkan, semakin besar setiap hari. Ratusan ribu warga mengungsi," kata Annan dalam pertemuan khusus Liga Arab di ibukota Qatar, Doha, pada Sabtu (2/6).

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement