REPUBLIKA.CO.ID, SAREJEVO -- Muslim Bosnia tak kuasa menahan marah setelah presiden terpilih Serbia dari kalangan sayap kanan, Tomislav Nikolic menolak adanya genosida terhadap umat Islam di Srebenica.
"Tidak ada genosida di Srebenica. Sangat sulit untuk mendakwa atau membuktikan tindakan yang dilakukan beberapa orang di pengadilan membuat hal itu memenuhi syarat sebagai genosia," papar Nikolic dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Montenegro seperti dikutip onislam.net, Ahad (2/6).
Nikolic juga mengatakan bahwa ia tidak akan menghadiri peringatan tahunan pembantaian Srebrenica pada Juli. "Jangan selalu meminta presiden Serbia untuk mengunjungi Srebenica. Pendahulu saya sudah melakukannya, mengapa saya harus melakukan hal yang sama," kata dia.
Ketua Dewan Muslim Bosnia, Bakir Izetbegovic mengatakan penolakan terhadap genosida justru akan menyulitkan terjadinya rekonsiliasi di wilayah itu. "Sebaliknya, akan terjadi banyak kesalapahaman dan ketegangan," kata dia.
Bakir mengatakan pernyataan Nikolic itu secara jelas menunjukan bahwa ia belum siap untuk menghadapi kebenaran tentang masa lalu.
Tak hanya dari kalangan muslim, Uni Eropa juga menyesalkan pernyataan Nikolic. Juru Bicara Kebijakan Luar Negeri Uni eropa, Chaterine Ashton mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mengelak bahwa terjadi genosida di Srebenica.
"Tragedi Srebenica merupakan sejarah genosida terburuk di Eropa. Di luar perang dunia II, pembantaian ini merupakan yang terbesar. Kami tidak bisa lupa dan jangan sampai tragedi ini kembali terulang," pungkasnya.
Sebelum menjadi daerah perlindungan PBB pada 11 Juli 1995, Srebenica yang berpopulasikan Muslim Bosnia dikuasai Serbia. Lebih dari 8.000 muslim dibantai dan dikuburkan secara masal. Oleh Mahkamah Internasional dan Pengadilan Kejahatan Perang di Den Haag, Belanda, tragedi itu termasuk genosida. Saat ini, mantan jenderal Serbia, Ratko Mladic tengah diadali atas genosida itu.