REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah laporan baru badan urusan pengungsi PBB, UN High Commissioner for Refugees (UNHCR), menyebutkan bahwa pengungsian yang disebabkan konflik semakin diperparah oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor itu termasuk perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, ancaman kelangkaan pangan dan air, dan persaingan untuk mencari sumber penghasilan. Semua penyebab itu, menurut UNHCR, saling mempengaruhi dan meningkatkan ketidakstabilan dan konflik, sehingga memaksa orang mengungsi.
Komisaris Tinggi badan urusan pengungsi PBB itu, Antonio Guterres, mengatakan dalam jumpa pers bahwa krisis baru yang terjadi tahun lalu menyebabkan tingginya jumlah pengungsi dalam satu dasawarsa terakhir. Ia menambahkan, 70 persen pengungsi itu dilindungi UNHCR, ditambah dengan pengungsi Palestina, yang disebut Guterres sebagai 'situasi pengungsian yang berkepanjangan', lebih dari lima tahun.
"Makin banyak pengungsi, makin lama jangka waktunya. Jadi, lebih banyak lagi kesulitan untuk menangani dan membantu mereka," ujar Guterres.
Guterres, mantan perdana menteri Portugal, mengatakan bahwa dalam berbagai krisis tahun 2011 dan tahun ini sebagian besar negara berkembang membuka perbatasan negara mereka bagi orang yang mencari perlindungan.
Pada waktu bersamaan, katanya, ada perdebatan di negara-negara industri untuk cenderung membatasi kebijakan pemberian suaka, dan menutup perbatasan mereka bagi pengungsi. Guterres menunjuk kepada apa yang disebutnya gabungan antara sebagian politisi populis dan sebagian media yang tak bertanggung jawab yang menciptakan kecenderungan tumbuhnya kebencian terhadap sesama manusia atau xenophobia dan rasisme.
Guterres mengatakan bahwa jumlah pengungsi dalam negeri akibat kekerasan atau penindasan lebih banyak daripada yang melarikan diri dari negara mereka. Ia menegaskan, bertambahnya jumlah pengungsi mencerminkan adanya peningkatan konflik baru.
Guterres mengatakan bahwa tidak ada pemecahan kemanusiaan bagi masalah kemanusiaan. Pemecahannya, tambahnya, selalu bersifat politis. Menurutnya, dunia semakin kurang mampumencari pemecahan melalui pencegahan dan pemecahan konflik.