REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD---Pakistan mengecam keras peningkatan serangan pesawat tak berawak AS di wilayahnya, dalam sebuah pernyataan yang bisa menambah ketegangan antara kedua sekutu strategis yang sudah berselisih itu.
Tiga serangan pesawat tak berawak dalam beberapa hari ini terhadap sasaran militan menewaskan 27 orang, kata beberapa pejabat intelijen Pakistan.
Kementerian Luar Negeri Pakistan menyebut serangan-serangan udara itu ilegal dan melanggar kedaulatan negara Asia Selatan tersebut.
Washington dan Islamabad saat ini masih melakukan negosiasi mengenai pembukaan kembali rute darat bagi pengangkutan perbekalan pasukan NATO di Afghanistan.
Islamabad menutup rute pemasokan itu pada November setelah 24 prajurit Pakistan tewas dalam serangan pesawat NATO.
Rute pemasokan itu dianggap sangat penting bagi rencana penarikan pasukan tempur asing dari Afghanistan sebelum akhir 2014.
Serangan-serangan pesawat tak berawak AS merupakan penghalang utama bagi perbaikan hubungan antara Pakistan dan AS, yang memburuk tahun lalu karena operasi komando AS yang menewaskan Osama bin Laden di dalam wilayah Pakistan dan serangan udara NATO di dekat perbatasan dengan Afghanistan yang menewaskan 24 prajurit Pakistan.
Islamabad pada 26 April menegaskan lagi penentangan atas serangan pesawat tak berawak AS di wilayah Pakistan ketika utusan AS untuk Pakistan dan Afghanistan, Marc Grossman, tiba di negara itu untuk memperbaiki hubungan yang retak.
Pakistan sendiri menetapkan AS harus meminta maaf tanpa syarat atas kematian dalam serangan-serangan udara itu, pelarangan pengangkutan senjata melewati negara itu dan diakhirinya serangan pesawat tak berawak.
"Kami menganggap pesawat tak berawak ilegal, tidak produktif dan tidak bisa diterima," kata sekretaris luar negeri Pakistan Jalil Abbas Jilani pada jumpa pers bersama Grossman.
"Masalah ini juga dibahas pada tingkat tertinggi kepemimpinan sipil dan militer," tambahnya.
Grossman menyampaikan belasungkawa atas kematian dalam serangan udara itu namun tidak meminta maaf, dan mengenai masalah pesawat tak berawak, ia mengatakan bahwa baik Pakistan maupun AS menghadapi ancaman dari Alqaidah dan kelompok militan lain.