Selasa 05 Jun 2012 18:35 WIB

Oposisi Suriah tak akan Terikat Rencana Annan

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Seorang bocah lelaki memegang sarung guling replika jasad mati saat menggela demonstrasi menentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad di Binsh, Idlib, pada Sabtu (1/6)
Foto: Reuters/Shaam News Network/Handout
Seorang bocah lelaki memegang sarung guling replika jasad mati saat menggela demonstrasi menentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad di Binsh, Idlib, pada Sabtu (1/6)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT-- Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menyatakan bahwa mereka tak lagi terikat dengan kesepakatan gencatan senjata yang dirancang PBB. Pernyataan yang diumumkan pada Senin (4/6) ini dikarenakan Presiden Suriah Bashar al-Assad gagal untuk menepati batas waktu hingga Jumat untuk melaksanakan gencatan senjata.

Juru bicara FSA, Sami al-Kurdi memutuskan untuk mengakhiri komitmen gencatan senjata dan memulai kembali operasi pertahanan untuk membela rakyat Suriah. "Kami telah memulai lagi serangan secara defensif yang berarti kita hanya menyerang pos pemeriksaan di kota-kota," kata Kurdi.

Kelompok HAM Syrian Observatory for Human Rights di Inggris mengatakan, setidaknya 80 tentara pemerintah tewas dalam beberapa hari ini, selagi pemberontak meningkatkan serangan atas pos-pos pemeriksaan pemerintah. Media pemerintah Suriah tidak mengakui adanya korban tewas itu dan tidak ada konfirmasi independen.

Sementara pemberontak mengatakan kelompok mereka telah menewaskan lebih dari 100 tentara dan menghancurkan beberapa tank dalam bentrokan di Suriah, termasuk Damaskus dan provinsi Idlib di barat laut.

Kurdi juga mengatakan, pemantau PBB di Suriah harus benar-benar menegakkan perdamaian. Kurdi juga meminta masyarakat internasional memberlakukan zona larangan terbang dan zona penyangga untuk mengakhiri kekerasan yang dilakukan Assad.  Kekerasan terbaru dan pidato sanggahan Assad pada Ahad menimbulkan pertanyaan apakah Assad dapat melaksanakan rencana perdamaian yang Koffi Annan rancang.

Annan yang sebagai utusan Liga Arab dan PBB dijadwalkan berbicara kepada Dewan Keamanan PBB hari Kamis di New York, dan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton hari Jumat di Washington. Pada Senin, Annan mendesak negara-negara berkuasa agar memastikan rencana damainya dijalankan oleh kedua pihak karena itu satu-satunya pilihan yang ada. "Annan dan banyak orang lain memeringatkan akan terjadi perang sipil di Suriah,"kata juru bicara Annan, Ahmad Fawzi.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement