Rabu 06 Jun 2012 21:45 WIB

Oposisi Jerman Tuntut Penjelasan Soal Bantuan Nuklir ke Israel

PM Israel Benjamin Netanyahu dan Kanselir Jerman Angela Merkel
PM Israel Benjamin Netanyahu dan Kanselir Jerman Angela Merkel

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Langkah pemerintah Jerman yang memberikan bantuan nuklir ke Israel ditentang pihak oposisi. Pada Senin (4/6), pihak oposisi menyerukan penjelasan dari pemerintah Jerman dan menuntut transparansi lebih pada penawaran senjata tersebut.

"Pemerintah Jerman harus mengungkapkan fakta dan membuat laporan kepada komite parlemen yang relevan," lapor majalah mingguan Jerman Der Spiegel dalam situsnya, mengutip Cem Ozdemir, co-pemimpin Partai Hijau.

Negara ini telah membangun tiga kapal selam tersebut bagi Israel dan tiga lagi yang akan diserahkan pada 2017, sementara Tel Aviv sedang mempertimbangkan memesan lebih banyak lagi.

Rezim Israel melengkapi kapal selam dengan rudal jelajah berujung nuklir, menurut sebuah laporan yang diterbitkan majalah mingguan Jerman tersebut. Pemerintah Jerman tidak memastikan atau membantah laporan tersebut.

Jerman terus memasok Israel dengan kapal selam, meskipun telah menyadari kegiatan nuklir militer Tel Aviv "selama puluhan tahun," menurut laporan tersebut.

Israel secara luas dikenal sebagai satu-satunya pemilik senjata nuklir di Timur Tengah, memiliki gudang yang menyimpan sekitar 200 hingga 300 hulu ledak atom.

Laporan The Sunday juga mengungkapkan bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel telah membuat konsesi besar kepada Israel, sementara bantuan militer Berlin ke Tel Aviv sebagian besar dibiayai dari uang pembayar pajak rakyat Jerman.

Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei opini yang bermarkas di Berlin, Infratest Dimap pada 17 dan 18 April, hampir 48 persen dari 1.000 responden mengatakan mereka menganggap Israel sebagai ancaman serius bagi perdamaian dunia dan keamanan global.

Namun, Menteri Urusan Militer Israel Ehud Barak mengatakan kepada mingguan itu bahwa Jerman harus "bangga" bahwa mereka telah mengamankan keberadaan rezim Israel "selama bertahun-tahun."

sumber : Islamtimes
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement