Rabu 06 Jun 2012 22:05 WIB

Kesehatan Mubarak Memburuk

Mantan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, tampak terbaring di atas tandu dalam sebuah
Foto: AP
Mantan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, tampak terbaring di atas tandu dalam sebuah "kerangkeng" ketika menjalani sidang pertama di Kairo, Mesir (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Kesehatan mantan presiden Mesir Hosni Mobarak semakin memburuk sejak dipindah ke penjara. Mubarak yang divonis hukuman seumur hidup tersebut beberapa kali harus mendapat bantuan pernapasan dan mengalami mental breakdown. Demikian laporan kantor berita Mena.

Mubarak (84 tahun) dibawa ke penjara Tora di Kairo. Di tempat tersebut dia dirawat di rumah sakit penjara. Para dokter menganjurkan kepala penjara untuk membawa Mubarak ke rumah sakit yang lebih tenang untuk perawatan.

Sebelumnya, mantan Presiden Mesir Husni Mubarak menerima hukuman seumur hidup, karena gagal menghentikan pembunuhan demonstran selama pemberontakan Mesir, Ahad (3/6). Kendati demikian, ia dan anak-anaknya dibebaskan dari tuduhan korupsi.

Sabtu malam, sekitar 10 ribu massa memadati Tahrir Square melampiaskan kemarahan atas pembebasan tersebut. Protes serupa terjadi di kota pelabuhan Mediterania Alexandria dan Suez di Laut Merah. "Tidak ada keadilan dan ini memalukan," kata Ramadhan Ahmed di luar gedung pengadilan. Putranya tewas pada 28 Januari, hari paling berdarah pemberontakan tahun lalu.

Para pengunjuk rasa meneriakkan bahwa pengadilan yang terjadi hanyalah lelucon. "Rakyat ingin eksekusi pembunuh!" begitu teriak mereka.

Kasus terhadap Mubarak, putranya, dan para pembantunya sangat terbatas. Pengadilan hanya memfokuskan pada beberapa hari pemberontakan dan dua kasus korupsi kecil. Karena itulah, pengadilan dinilai tidak dapat menyediakan akuntabilitas penuh terhadap berbagai kesalahan yang dilakukan Mubarak selama tiga dekade memerintah.

Mubarak (84 tahun) dan mantan kepala keamanannya Habib el-Adly sama-sama dihukum, karena keterlibatan dalam pembunuhan sekitar 900 pengunjuk rasa dan mendapat hukuman seumur hidup. Enam komandan polisi dibebaskan dari tuduhan yang sama oleh kepala Hakim Ahmed Rifaat, karena kurangnya bukti konkret.

Banyak petugas keamanan senior rezim Mubarak yang bertanggung jawab selama pemberontakan masih pergi bekerja setiap hari melakoni pekerjaan lama mereka. Dalam banyak hal, sistem lama masih berjalan.

Contoh yang paling jelas adalah teman lama Mubarak dan perdana menteri terakhir, Ahmed Shafiq, yang muncul sebagai kandidat presiden pada pemilu 16-17 Juni. Sabtu lalu, kantor pusat kampanye Shafiq di kota Fayyoum dan Hurghada diserang dan mengalami kerusakan.

Para jenderal yang mengambil alih pemerintahan Mubarak belum menunjukkan kemauan keras merombak rezim lama. Hal itu berarti, baik Shafiq maupun pesaingnya, Muhammad Morsi tidak memiliki kemauan politik untuk berubah ketika salah satu dari mereka terpilih sebagai presiden.

sumber : ANP/AFP/RNW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement