Kamis 07 Jun 2012 11:33 WIB

'Pesawat Tanpa Awak AS tidak Manusiawi!'

Pesawat tanpa awak AS/ilustrasi
Foto: gizmag.com
Pesawat tanpa awak AS/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Saudara dari orang nomor dua di Alqaidah, yang tewas dalam serangan pesawat tanpa awak milik AS, mengatakan penggunaan senjata dengan kendali jarak jauh oleh Washington tidak manusiawi. Ia pun mencemooh pernyataan AS sebagai pelopor hak asasi manusia.

Para pejabat AS, Selasa (5/6), mengatakan pejabat Al Qaida kelahiran Libya Abu Yahya al-Libi tewas oleh serangan pesawat tanpa awak di Pakistan. Kematian itu digambarkan sebagai pukulan besar bagi kelompok gerilyawan.

Serangan itu tampaknya memicu perdebatan yang kian sengit mengenai keabsahan dan moralitas pesawat tanpa awak, yang telah menjadi salah satu senjata utama AS melawan Alqaidah. 

"Amerika Serikat ngomong soal hak asasi manusia dan kebebasan buat semua, tapi metode yang mereka gunakan untuk membuat dia (al-Libi meninggal) biadab," kata Abu Bakr al-Qayed, saudara al-Libi, melalui telepon, Rabu (6/6), kepada Reuters.

"Cara pemerintah Amerika membunuh dia adalah kejam dan tidak manusiawi," kata al-Qayed, yang berbicara dari Kota Kecil Wadi Otba di sebelah selatan ibu kota Libya, Tripoli. "Kita berada pada Abad 21 dan mereka mengaku beradab dan ini lah cara mereka menyerang orang."

"Tak peduli apapun kepercayaan, atau ideologi saudara saya, ia adalah manusia dan pada akhirnya ia layak mendapat perlakuan yang manusiawi."

Pesawat tanpa awak tersebut, yang selama bertahun-tahun dipandang sebagai program rahasia Dinas Intelijen Pusat (CIA), dapat dikendalikan dari jauh dari jarak ribuan kilometer dan dapat menembakkan rudal ke sasaran dengan tekanan pada satu tombol.

Para pejabat Gedung Putih mengatakan tak ada hukum internasional yang melarang penggunaan pesawat tanpa awak dan, dengan membunuh gerilyawan berbahaya, pesawat itu "membuat orang Amerika lebih aman".

Pandangan itu telah ditantang oleh pemerintah di Pakistan, yang marah karena banyak serangan tersebut telah dilancarkan di tanah mereka, dan oleh juru kampanye hak asasi manusia.

Kelompok kebebasan sipil menyatakan serangan itu tidak sah sebab dilancarkan di luar medan tempur aktif, yang berarti ketentuan hukum yang mengizinkan seorang petempur membunuh musuh mereka tak bisa diberlakukan.

Pengulas keamanan dan Amerika Serikat menyatakan al-Libi adalah gerilyawan kawakan dan pemimpin operasi bagi Al Qaida, kelompok yang "bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 di kota besar AS serta puluhan aksi kekerasan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement