REPUBLIKA.CO.ID, QUETTA -- Satu serangan bom menewaskan delapan orang dan melukai lebih dari 20 orang di luar satu madrasah di kota bagian barat-daya Pakistan, Quetta, Kamis (7/6), kata polisi. Bom tersebut meledak di luar gerbang madrasah muslim Sunni saat acara kelulusan santri di sana.
Serangan ini yang paling mematikan setelah bom mobil yang menewaskan 15 orang, Desember lalu. Belum ada yang mengaku bertanggung-jawab atas serangan bom tersebut, tapi kota itu mengalami berbagai serangan, kerusuhan sektarian antara pemeluk aliran agama dan aksi separatis.
Dokter Mohammad Haider di Rumah Sakit Umum milik negara mengatakan, tiga anak lelaki dan seorang pria tewas. Ia mengatakan anak-anak tersebut berusia tujuh, sembilan, dan 14 tahun. Pejabat Polisi, Hamid Shakeel, mengonfirmasi korban jiwa itu dan mengatakan lebih dari 20 orang cedera. "Itu adalah bom yang dikendalikan dari jauh," katanya kepada AFP.
Haji Khudai Nazar (40 tahun), yang cedera di perut, mengatakan ia telah datang untuk menghadiri acara tersebut sebagai tamu. "Saya datang bersama dua teman untuk menghadiri acara itu. Segera setelah kami keluar dari mobil, ada ledakan sangat kuat. Debu menutupi seluruh daerah tersebut. Saya tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, saya pingsan," katanya.
Quetta adalah daerah termiskin di Pakistan dengan ibu kota Provinsi Baluchistan, yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan. Gerilyawan Baluchistan mengangkat senjata di provinsi tersebut pada 2004 guna menuntut otonomi politik dan bagian keuntungan lebih besar dari sumber daya minyak, gas dan mineral di wilayah itu.