REPUBLIKA.CO.ID, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili menyangsikan tekad Kelompok 5+1 untuk menyukseskan perundingan nuklir mendatang dengan Republik Islam di Moskow.
Keengganan Kelompok 5+1 untuk menggelar sidang antardeputi dan pakar menciptakan keraguan untuk menghasilkan perundingan yang sukses di Moskow. Demikian diungkapkan Jalili dalam suratnya kepada Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, Rabu (6/6).
"Republik Islam Iran siap menggelar perundingan progresif untuk bekerja sama berdasarkan inisiatif logis dan jelas," tambahnya.
Juru runding Iran ini juga menekankan ketidaksiapan Kelompok 5+1 untuk mempersiapkan pertemuan di tingkat deputi dan pakar, maka kemungkinan kesuksesan perundingan tersebut juga menipis.
Hingga kini, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman atau Kelompok 5+1, menolak membahas agenda untuk perundingan mendatang dengan Iran di Moskow yang dijadwalkan 18-19 Juni.
Selasa, (5/6), Wakil Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Baqeri, melayangkan dua surat terpisah kepada wakil Ashton, Helga Schmid, dan menekankan pentingnya pelaksanaan pertemuan persiapan menjelang perundingan antara Iran dan Kelompok 5+1.
Dalam respon singkat oleh Schmid kepada Baqeri, disebutkan bahwa Ashton menolak menggelar sidang persiapan antara deputinya dan Baqeri dalam rangka menyusun agenda perundingan di Moskow dan justru menuntut Tehran mengambil langkah-langkah praktis.
Schmid dalam suratnya juga tidak menyinggung digelarnya pertemuan di tingkat deputi sebelum perundingan di Moskow dan bahwa hal ini bertentangan dengan kesepakatan yang dicapai kedua pihak dalam perundingan di Baghdad. Iran dan Kelompok 5+1 mengakhiri perundingan komprehensif mereka di Baghdad pada 24 Mei lalu.