REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Operasi militer terhadap para gerilyawan di daerah suku Pakistan mengakibatkan hampir 600.000 orang terlantar, kata satu lembaga bantuan internasional Kamis (7/6).
Save the Children memperkirakan bahwa lebih dari 600.000 orang akan mengungsi dari lembah Khyber jika operasi keamanan terus berlanjut, di mana lebih dari 300.000 diperkirakan anak-anak.
Arus pengungsi dalam negeri (IDPs) dari wilayah itu baru-baru ini dimulai Januari dan semakin meningkat pada pertengahan Maret saat operasi di daerah tersebut meningkat.
Sejak itu, sekitar 63.000 keluarga telah mengungsi dan pindah ke Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Keluarga-keluarga terlantar baru-baru ini secara keseluruhan diperkirakan mencapai total 144.104 keluarga dari konflik sebelumnya di wilayah itu yang telah berlangsung sejak 2009.
Menurut Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), sekitar 1.200 orang saat sudah terdaftar di kamp Jalozai setiap hari dibandingkan dengan hingga 10.000 selama pertengahan Maret.
Otoritas pemerintah mengantisipasi bahwa para pengungsi masih akan mengalir sampai akhir tahun, sehingga membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi baru.
Kekurangan pendanaan berkelanjutan akan menimbulkan kendala yang parah pada kemampuan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk memberikan bantuan guna menyelamatkan nyawa penduduk yang terkena bencana, kata Save the Children.
Lebih dari 90 persen dari pengungsi baru tinggal di luar kamp, tinggal di ruang yang disewa atau dengan keluarga angkat. Sangat penting untuk membantu para pengungsi di luar kamp ini, karena sangat terbatasnya layanan bantuan yang menjangkau mereka.