REPUBLIKA.CO.ID, WINA - Badan pengawas nuklir PBB (IAEA) dalam perundingan Jumat (8/6) akan mendesak Iran untuk memberikan akses ke lokasi-lokasi di mana Teheran diduga sedang membuat bom atom, terutama di pangkalan militer dekat Teheran.
Negara-negara Barat dan Israel menduga Iran sedang berusaha membuat satu bom di balik kedok program nuklir sipil, tuduhan yang beulang-ulang dibantah Teheran yang mengatakan pihaknya sedang membangun tenaga atom untuk keperluan sipil dan membuat isotop-isotop medis.
IAEA terutama menginginkan akses ke pangkalan militer Parchin dekat Teheran, di mana diduga dilakukan uji coba bahan peledak. IAEA mengatakan gambar satelit baru menunjukkan "kegiatan-kegiatan ekstensif" di pangkalan itu, yang beberapa pakar melihat itu sebagai tanda-tanda satu perampungan.
Dalam perundingan di Wina Jumat, ketua pemeriksa IAEA Herman Nackaerts dan Wakil Direktur Jenderal Rafael Grossi akan bertemu dengan dubes Iran untuk IAEA Ali Asghar Soltanieh.
Ketua IAEA Yukiya Aman mengunjungi Iran bulan lalu setelah perudingan di Wina, dan setelah itu mengatakan kedua pihak dekat untuk mencapai satu persetujuan, dan menambahkan pekan ini perbedaan pendapat mereka 'menyempit'.
Akan tetapi ia mengatakan banyak pekerjaan masih diperlukan sebelum satu kesepakatan dicapai. "Jika kita tidak memperoleh akses ke lokasi Parchin atau orang lain, informasi dan lokasi-lokasi, maka ... kita tidak dapat memberikan jaminan bahwa semua kegiatan nuklir di Iran itu untuk tujuan damai," kata Amano.
Kelompok P5+1 yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman memulai kembali perundingan dengan Iran di Istambul April lalu dan bertemu kembali di Baghdad Mei, kendatipun tidak banyak hasil yang dicapai.
Dengan tidak adanya kemajuan, embargo minyak Uni Eropa diberlakukan terhadap Iran yang mulai berlaku 1 Juli mendatang, menambahkan sejumlah sanksi yang diberlakukan berdasarkan resolusi-resolusi PBB.
Para pejabat Iran berulang-ulang mengatakan dalam beberapa bulan belakangan ini bahwa membuat, memiliki dan menggunakan senjata-senjata atom adalah 'haram' sesuai dengan ajaran Islam.
Pemerintah Iran kamis menegaskan pesannya bahwa negara-negara Barat harus mengakui 'hak' Teheran untuk memperkaya uranium jika perundingan-perundigan Moskow dapat mengalami kemajuan.
Presiden Vladimir Putin mengemukakan kepada Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bahwa Moskow mendukung hak rakyat Iran bagi teknologi modern, penggunaan energi atom untuk tujuan damai.
"Tetapi saya ingin menekankan bahwa itu adalah untuk tujuan damai yang kami akan bicarakan," kata Putin dalam pertemuan mereka di Beijing.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang berbicara di Istambul, menyeru Iran "siap melakukan langkah-langkah konkret" dalam pertemuan Moskow.