REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING---Presiden Cina Hu Jintao mendesak Iran untuk bersikap kooperatif, "fleksibel dan pragmatis" dalam menghadapi Badan Pengawas Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency /IAEA).
Pernyataan itu disampaikan Hu saat menerima Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad di Beijing, Cina. Hu meminta Iran untuk bisa bekerja sama dengan Badan Pengawas Nuklir PBB.
Hu menegaskan dengan sikap koperatif persoalan nuklir Iran akan dapat diselesaikan dengan cara damai.
Ketua IAEA Yukiya Aman mengunjungi Iran bulan lalu setelah perudingan di Wina, dan setelah itu mengatakan kedua pihak dekat untuk mencapai satu persetujuan, dan menambahkan pekan ini perbedaan pendapat mereka "menyempit".
Akan tetapi, ia mengatakan, banyak pekerjaan masih diperlukan sebelum satu kesepakatan dicapai.
"Jika kita tidak memperoleh akses ke lokasi Parchin atau orang lain, informasi dan lokasi-lokasi , maka ... kita tidak dapat memberikan jaminan bahwa semua kegiatan nuklir di Iran itu untuk tujuan damai," kata Amano.
Cina merupakan salah satu anggota kelompok P5+1 yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis dan Jerman yang telah melakukan beberapa kali perundingan dengan Iran terakhir pada Mei di Baghdad.
Pertemuan yang digelar antara kelompok P5+1 itu hingga kini belum mencapai kesepakatan dan kemajuan berarti sehingga embargo minyak Uni Eropa diberlakukan terhadap Iran mulai berlaku 1 Juli.
Sebelumnya Hu dan mitranya Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan sikap keduanya bahwa nuklir Iran harus diselesaikan secara damai melalui dialog dan menentang kebijakan negara-negara Barat yang akan memberlakukan sejumlah sanksi kepada Iran.
Badan pengawas nuklir PBB dalam perundingan Jumat akan mendesak Iran untuk memberikan akses ke lokasi-lokasi di mana Teheran diduga sedang membuat bom atom, terutama di pangkalan militer dekat Teheran.
Negara-negara Barat dan Israel menduga Iran sedang berusaha membuat satu bom di balik kedok program nuklir sipil, tuduhan yang berulang-ulang dibantah Teheran yang mengatakan pihaknya sedang membangun tenaga atom untuk keperluan sipil dan membuat isotop-isotop medis.
IAEA terutama menginginkan akses ke pangkalan militer Parchin dekat Teheran, di mana diduga dilakukan uji coba bahan peledak.
Dalam perundingan di Wina, Jumat, ketua pemeriksa IAEA Herman Nackaerts dan Wakil Direktur Jenderal Rafael Grossi akan bertemu dengan Dubes Iran untuk IAEA Ali Asghar Soltanieh.