Jumat 08 Jun 2012 23:34 WIB

Usai 10 Muslim Terbunuh, Kekerasan Sektarian Memanas di Myanmar

Muslim Myanmar di Pengungsian
Foto: gazzete.com
Muslim Myanmar di Pengungsian

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON- Polisi di Myanmar barat Jumat (8/6) melepaskan tembakan dalam usaha menghentikan ketegangan agama di satu kota berpenduduk mayoritas etnik Rohingya Muslim, "Polisi melepaskan tembakan di Maungdaw, negara bagian Rakhine. Tidak ada korban," kata seorang pejabat pemerintah.

Ketegangan meningkat di negara bagian Rakhine, di daerah Teluk Bengala. Situasi itu teradi setelah 10 warga Muslim dibunuh oleh satu kelompok warga Buddha yang marah pada Ahad.

Bus para korban dikepung ratusan orang yang marah atas perkosaan dan pembunuhan seorang wanita Rakhine 28 Mei, yang dituduh dilakukan tiga pria Muslim, kata media pemerintah Selasa.

Aksi kekerasan itu mengancam usaha-usaha rekonsiliasi sejak serangkaian reformasi politik yang dramatis tahun lalu yang mengakhiri hampir setengah abad pemerintah militer.

Seorang pejabat dari kantor kepresidenan mengatakan polisi dikerahkan Jumat setelah sekitar 300 orang yang pulang dari masjid-masjid melemparkan batu-batu ke satu kakantor pemerintah, kantor polisi dan kantor perusahaan lokal. "Kini situasi berada dalam kendali," kata pejabat itu dan menambahkan juga terjadi aksi pelemparan batu di ibu kota Rakhine, Sittwe.

Abu Tahay dari Partai Demokrasi bagi Pembangunan Nasional, yang mewakili Rohingya, mengatakan ada laporan-laporan yang belum dikonfirmasikan bahwa satu atau dua orang tewas akibat serangan pasukan keamanan di Maungdawa. Informasi itu belum bisa diverfikasi.

Surat kabar Weekly Eleven, satu media lokal, melaporkan di situsnya bahwa rumah-rumah dibakar dalam kerusuhan itu. Pihak berwenang pekan ini memperingatkan tidak melakukan "aksi-aksi anarkis" setelah pembunuhan itu dan serangan terhadap satu kantor polisi oleh satu satu kelompok yang marah di Sittwe.

Bentrokan-bentrokan antar agama terjadi secara berkala di Myanmar. Negara bagian Rakhine-- yang memiliki penduduk minoritas Muslim yang banyak termasuk kelompok Rohinya yang tidak memiliki kewarganegaraan-- adalah titik rawan bagi ketegangan-ketegangan.

Penganut Buddha merupakan sekitar 89 persen dari penduduk Myanmar, dengan Muslim secraresmi merupakan empat persen. PBB mnyebut Rohingya sebagai salah satu dari minoritas-minoritas yang paling teraniaya di dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement