REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan bahwa penentangan Barat terhadap program energi nuklir Republik Islam bersumber dari permusuhan mereka terhadap kemajuan sebuah negara independen.
"Barat menentang setiap langkah yang merefleksikan kemajuan bangsa Iran dan [bagi mereka] tidak ada bedanya apakah langkah tersebut meluncurkan satelit komunikasi ke ruang angkasa, kemajuan di bidang nano atau bioteknologi," kata presiden Iran dalam wawancaranya dengan televisi Phoenix Cina.
"Masalah utamanya adalah bahwa mereka (Barat) ingin mencegah Iran dan semua negara independen sehingga mereka tetap memerlukan dan bergantung pada kekuatan arogan."
Presiden Iran menegaskan bahwa "pendekatan politik" Barat terhadap Republik Islam adalah kendala utama menyusul kebuntuan dalam penyelesaian masalah program energi nuklir Iran.
Ahmadinejad menyatakan Iran akan terus menawarkan "saran konstruktif" dan terlibat dalam perundingan dalam upaya untuk membuktikan "hak nuklirnya."
Barat, dipimpin oleh Amerika Serikat, telah menjatuhkan sanksi terhadap Iran dan menuding Tehran mengejar tujuan militer dalam program energi nuklirnya.
Iran berulang kali menolak tuduhan Barat, dengan alasan bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Tehran berhak mendayagunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.