Ahad 10 Jun 2012 11:51 WIB

Kerusuhan Etnis, Organisasi Islam Myanmar Imbau Umat Muslim Tenang

Bendera Myanmar
Bendera Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Organisasi Islam Seluruh Myanmar mengimbau umat Islam yang berada di negara itu untuk tetap tenang menyusul kerusuhan antar etnis yang terjadi di beberapa kota di negara bagian barat Rakhine, sejak Jumat.

Dalam pernyataannya, Sabtu, organisasi itu mengatakan. "Ada pandangan yang berbeda mengenai pelaporan berita di surat kabar yang diterbitkan pada 5 Juni 2012." Dalam kaitan itu, pihak organisasi akan mencari penyelesaian damai dalam kerangka hukum.

"Umat Islam diminta sepenuhnya benar-benar hidup dalam ketenangan sesuai dengan ajaran Islam, untuk menghindari ketegangan dalam kelompok-kelompok," kata pernyataan itu.

Tujuh orang diberitakan tewas dan 17 lainnya mengalami luka-luka dengan 494 rumah tinggal serta satu wisma dan 19 toko dibakar atau hancur. Masyarakat setempat juga didesak untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam menjaga perdamaian dan stabilitas serta prevalensi hukum dan ketertiban.

Kerusuhan terjadi pasca insiden di mana tiga warga Muslim Bengali dituduh memperkosa dan membunuh seorang wanita dari etnis Rakhinese, Ma Thida Htwe, 27 tahun, di desa Kyauknimaw 28 Mei silam. Setelah peristiwa itu, 10 warga Muslim lainnya dipukuli hingga tewas di Taunggup oleh massa tak dikenal pada 3 Juni.

Menurut laporan terakhir, tiga orang yang dituduh memperkosa wanita etnis lokal itu telah ditangkap dan sedang diadili.

Organisasi muslim terbesar di Myanmar itu juga mengeluarkan pernyataan yang mengutuk tindakan teror, penghancuran kehidupan dan harta benda orang-orang tak bersalah, serta mengungkapkan simpati terdalam atas hilangnya sejumlah nyawa orang tak bersalah.

Pernyataan itu juga menyerukan kepada umat Islam yang tinggal di Myanmar untuk hidup sesuai dengan anjuran yang dibuat oleh organisasi.

Pernyataan juga mengimbau pemerintah untuk mengambil tindakan efektif terhadap setiap tindakan yang dapat membahayakan stabilitas negara dan kedamaian kehidupan rakyat antar umat beragama sesuai dengan hukum.

Sementara itu, pemerintah Myanmar pada Rabu membentuk komisi penyelidikan yang dipimpin oleh Deputi Menteri Dalam Negeri Brigadir Jenderal Kyaw Myint Zan, untuk menyelidiki insiden berdarah terbaru dan hasilnya akan dilaporkan langsung kepada presiden pada 30 Juni.

sumber : Antara/Xinhua-Oana
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement