Ahad 10 Jun 2012 18:10 WIB

Iran: Pembicaraan Nuklir dengan IAEA-Barat Gagal

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perundingan babak baru antara Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria, gagal ditindaklanjuti, Sabtu (9/6). Wakil Iran di IAEA, Ali Ashgar Soltanieh mengecam Barat karena mempolitisasi program nuklir negaranya.

Soltanieh dalam pertemuan Dewan Gubernur IAEA di Wina mengkritik upaya sejumlah kalangan yang memaksakan untuk mengubah inisiatif seperti protokol tambahan menjadi kewajiban. "Kelompok 5+1 terus-menerus melancarkan tekanan terhadap IAEA untuk menjegal program nuklir sipil Iran. Mereka mempolitisasi masalah teknis untuk menghentikan pengayaan uranium Tehran," katanya.

Tokoh senior di Garda Revolusi Iran, Ali Saeedi menyayangkan pembicaraan yang gagal akibat tindakan semena enam negara terutama Amerika Serikat (AS). Komentar Saeedi semakin menambah ketegangan jelang putaran baru perundingan di Moskow Rusia pada 18-19 Juni mendatang.

Menurut kantor berita IRNA, Saaedi menuduh Barat mengejar tujuannya sendiri untu menekan Iran. "Satu-satunya jalan di depan Iran adalah mereka menerima tuntutan Iran dalam suasana saling menghormati untuk menghentikan politisasi masalah nuklir," katanya.

 

Menteri pertahanan Iran, Ahmad Vahidi, dikutip dari kantor berita IRNA mengatakan tidak akan tunduk pada barat. "Negara-negara barat harus mematuhi permintaan Iran untuk dapat menggunakan energi nuklir secara dama," katanya seraya menambahkan bahwa Iran tidak akan menyerah dari hak-haknya.

Tidak adanya kemajuan perundingan nuklir antara Iran dan IAEA  membuat Amerika Serika (AS) kecewa. "Kami kecewa Iran menolak untuk mematuhi  IAEA dan bekerja sama dengan IAEA," ujar Robert Wood utusan AS untuk IAEA. 

IAEA menekan Teheran untuk memberikan akses langsung ke kompleks militer Parchin, Teheran, di mana pengembangan senjata nuklir Iran dilakukan, tetapi Iran tidak mengizinkannya dan justru membersihkan situs dari setiap bukti yang memberatkan.

Sementara itu, enam kekuatan dunia atau kelompok P5+1 yakni Inggris, Cina, Prancis, Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Jerman turut mengamati pertemuan antara IAEA dengan Iran. Mereka alam menilai apakah Iran siap untuk bernegosiasi dengan mereka di Moskow 18-19 Juni nanti. Mereka termasuk Israel, khawatir kegiatan atom Iran menghasilkan bom nuklir meskipun Republik Islam itu menyatakan program nuklirnya dimaksudkan murni menghasilkan energi nuklir untuk keperluan sipil.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement