REPUBLIKA.CO.ID, KABUL---Lima orang tewas Senin di Afghanistan dan dua lain cedera, termasuk seorang wanita hamil, ketika ledakan bom pinggir jalan menghantam ambulan yang membawa mereka ke rumah sakit untuk mengantar wanita itu melahirkan, kata polisi.
Wanita itu cedera namun selamat dan melahirkan tanpa komplikasi, sementara empat kerabatnya dan supir ambulan itu tewas, kata deputi kepala kepolisian provinsi Sari Pul, Sayed Jahnagir Kramat, kepada AFP.
Kementerian dalam negeri di Kabul sebelumnya mengemukakan, wanita hamil itu tewas dalam ledakan di provinsi utara tersebut, yang bisanya dilanda kekerasan gerilyawan, namun kemudian mengatakan bahwa informasi itu salah. "Wanita itu masih hidup dan melahirkan," kata Kramat kepada AFP.
Korban-korban yang tewas dalam ledakan itu mencakup seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, katanya, dengan menambahkan bahwa bom tersebut dipasang oleh gerilyawan Taliban.
Selain bom-bom Taliban, serangan udara NATO juga menewaskan banyak warga sipil dan telah mempertegang hubungan antara Presiden Hamid Karzai dan AS, yang memimpin pasukan NATO dalam perang melawan Taliban.
Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. Menurut data yang disiarkan situs independen icasualties.org, sekitar 150 prajurit asing tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini.
Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021, menurut data PBB.