REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Satu dari tiga anak di Korea Utara mengalami perlambatan pertumbuhan akibat jutaan warganya menderita kekurangan pangan kronis dan layanan kesehatan yang buruk, demikian dilaporkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam laporan yang disiarkan Selasa waktu setempat PBB menyatakan sekitar 16 juta orang bergantung pada penjatahan makanan dari negara dan menderita kerawanan pangan berkelanjutan dalam berbagai tingkat.
Laporan itu menyebutkan sekitar satu dari tiga anak mengalami perlambatan pertumbuhan -- terlalu pendek untuk anak seusia -- karena kekurangan nutrisi.
Koordinator Perwakilan PBB untuk Korea Utara Jerome Sauvage mengatakan bahwa meskipun situasi pangan di negara tersebut tidak seburuk tahun lalu, kekurangan nutrisi untuk anak-anak di beberapa daerah berada pada kondisi "mengkhawatirkan".
"Tahun ini, survei dan penilaian yang kami lakukan tidak menunjukkan adanya masalah serius soal pangan (seperti tahun lalu)," kata dia kepada AFP di Beijing.
Namun dia menambahkan, "Kami melihat angka kekurangan nutrisi anak di berbagai daerah yang kami kunjungi berada pada jumlah yang sangat mengkhawatirkan. Sekarang, kita menghadapi masalah malnutrisi. Tidak pernah terdapat makanan yang cukup untuk penduduk."
Tahun lalu, jatah yang diberikan pemerintah Korea Utara turun menjadi 250 gram makanan per orang per hari, dan Pyongyang jarang meminta bantuan internasional.
Tahun ini, ketahanan pangan membaik namun "karena dikuasai oleh negara (Democratic People's Republic of Korea), pertaniannya sangat rentan," kata Sauvage.
"Hanya dibutuhkan musim dingin yang sedikit lebih lama, tidak cukup hujan pada waktu yang penting, atau banjir pada musim hujan untuk membuat pertanian di negara ini hancur."
Korea Utara yang terisolasi memang sering mengalami kekurangan pangan, namun situasi ini diperparah oleh banjir, kekeringan, dan manajemen yang salah.
Sistem distribusi pangan pemerintah, sebagai salah satu bagian dari ekonomi yang dikendalikan negara, mengalami kegagalan besar pada tahun-tahun kelaparan pertengahan sampai akhir 1990an.
Tidak ada angka resmi, namun ratusan ribu orang dipercaya mati kelaparan. Bantuan pangan internasional terus berkurang karena percobaan misil dan nuklir Korea Utara.
Amerika Serikat menunda rencana pengiriman 240.000 ton pangan setelah Korea Utara meluncurkan roket pada 13 April lalu.