Rabu 13 Jun 2012 11:49 WIB

PBB: Anak-anak Paling Menderita dalam Konflik 2011

 Anak-anak korban konflik perang tengah mendapatkan perawatan medis di kota Dadaab, Kenya.
Foto: Schalk van Zuydam/AP
Anak-anak korban konflik perang tengah mendapatkan perawatan medis di kota Dadaab, Kenya.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Wakil Khusus Sekjen PBB Urusan Konflik Bersenjata dan Anak-anak Radhika Coomaraswamy mengatakan di Markas PBB, Selasa (12/6), tahun 2011 membawa banyak kesulitan bagi anak-anak di daerah konflik bersenjata.

"Secara keseluruhan tahun 2011 memperlihatkan sejenis gambar campuran bagi anak-anak di daerah konflik di seluruh dunia," kata wanita itu. "Meskipun banyak krisis baru meletus dan menewaskan banyak anak kecil seperti di Libya, Suriah dan Yaman, rencana aksi mengenai perekrutan dan penggunaan anak-anak telah dituntaskan di Nepal dan Sri Lanka dan menghasilkan penghapusan kedua pihak di dalam konflik di negeri itu."

Coomaraswamy mengeluarkan pernyataan tersebut sewaktu memberi penjelasan pers mengenai Laporan Tahunan Ke-11 Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengenai Anak-anak dan Konflik Bersenjata.

Laporan itu melacak kekerasan terhadap anak-anak dalam konflik bersenjata dari Januari sampai Desember 2011. Laporan tersebut berisi laporan tentang pelanggaran besar termasuk tewas dan cacatnya anak-anak, perekrutan dan penggunaan anak-anak sebagai tentara, kekerasan seksual terhadap anak, dan penculikan anak-anak.

"Kami berharap laporan ini akan jadi catatan mengenai apa yang terjadi pada mereka selama priode 2011 sampai 2012 dan akan membuat Dewan Keamanan melakukan tindakan terhadap pelaku serta mengingatkan masyarakat internasional mengenai keperluan khusus anak-anak dalam situasi konflik bersenjata," kata Coomaraswamy.

Ada situasi konflik di 23 negara yang disebutkan di dalam lampiran laporan, yang juga sebagai "daftar memalukan", sebagaimana dilaporkan Xinhua. Secara keseluruhn, 52 pihak yang melakukan pelanggaran terhadap anak-anak berada di dalam lampiran 2011, 10 di antaranya adalah pemerintah, dan 42 pelaku non-negara.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement