REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kondisi Suriah semakin memprihatinkan. Menurut Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia dalam posisi menentang kekerasan dan mengecam jatuhnya korban dari kalangan sipil.
"Pemerintah Indonesia meminta seluruh pihak menyelesaikan masalah di Suriah melalui dialog, perundingan dan upaya damai lainnya," kata Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa dalam konferensi persnya, Rabu (13/6).
Indonesia, katanya, sejak awal mendukung utusan Liga Arab dan PBB Kofi Annan dalam menciptakan gencatan senjata di Suriah. Indonesia juga merupakan bagian dari misi pemantau PBB di Suriah, terutama saat pertemuan dengan menlu Turki di Istanbul.
Yang harus menjadi menjadi perhatian, katanya, perlindungan WNI di Suriah. Indonesia, jelas Marty, sudah mengelola penyelamatan WNI di Tunisia, Mesir, Libya, Yaman dan Suriah dengan atau tanpa perhatian dari media dan masyarakat.
Pada 2012 ini, sudah 240 WNI dipulangkan melalui fasilitasi dari pemerintah, khususnya KBRI di Damaskus. Pemulangan ini belum termasuk WNI yang kembali dari Damaskus dengan upayanya sendiri dan upaya KBRI berupa bantuan dokumentasi dan logistik.
Saat ini, ada 115 WNI yang berada di penampungan di KBRI Damaskus. "62 WNI dalam proses pemulangan pada 17 Juni mendatang. Namun, kami memrosesnya dengan hati-hati karena jangan sampai pergerakan warga dalam jumlah besar justru dapat menciptakan bahaya," kata Marty. Menurutnya, harus ada rencana yang jelas sebelum para WNI dipulangkan.