REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Jumlah anak-anak korban perang di Afghanistan meningkat lebih dari seperempat pada tahun lalu. Angka itu diungkapkan Perserikatan Bangsa Bangsa pada Rabu, dengan rata-rata hampir lima bocah terbunuh atau luka setiap hari pada 2011.
Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang anak-anak dalam kemelut bersenjata menyatakan 1.756 anak-anak tewas atau luka dalam perang di Afghanistan pada 2011, rata-rata 4,8 sehari. Sementara 1.396 orang pada 2010.
Badan anak-anak PBB (UNICEF) menyatakan lebih dari 300 orang di bawah 18 tahun dilaporkan dibibit untuk berperang di Afghanistan, tempat gerilyawan Taliban mengobarkan perlawanan semakin berdarah terhadap pemerintah dan Barat pendukungnya.
"Kematian atau kelukaan satu anak-anak adalah tragedi. Tingkat penderitaan tak terhindari anak-anak, seperti dalam laporan Sekretaris Jenderal itu, sama sekali tidak dapat diterima," kata wakil Perwakilan UNICEF Afghanistan, Vidhya Ganesh.
"Sangat penting semua pihak dalam kemelut itu melakukan segala cara, segera, untuk melindungi kehidupan dan hak dasar anak-anak Afghanistan," katanya.
Pada Februari, pemerintah Afghanistan menyatakan polisi menyelamatkan 41 anak, beberapa berusia enam tahun, dari upaya penyelundupan ke Pakistan untuk dilatih sebagai pembom jibaku.
Pada awal bulan itu, pihak berwenang mengumumkan penangkapan dua calon pembom jibaku berusia 10 tahun, yang diduga berencana menyerang tentara asing dan Afghanistan di propinsi selatan, Kandahar, tempat kelahiran Taliban.
Puluhribuan anak-anak di Afghanistan, didorong kemiskinan, bekerja di jalanan kota. Alhasil mereka sering menjadi mangsa pengeboman Taliban dan kekerasan lain, selain penyiksaan di negara yang terkoyak perang itu.
Duta PBB di Afghanistan pada pekan lalu menyuarakan keprihatinan atas gelombang kekerasan, termasuk serangan udara oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang mengakibatkan puluhan korban di kalangan warga.
Sejumlah 18 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas pada Rabu akibat serangan udara NATO terhadap rumah di provinsi Logar di selatan Kabul.
Tugas Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) berulang kali menyatakan prihatin bahwa serangan udara mengakibatkan lebih banyak kematian dan cedera warga daripada kiat lain, yang digunakan pasukan penopang pemerintah sejak kemelut bersenjata itu dimulai, katanya pernyataannya.
"Kejadian di Logar pada 6 Juni memperkuat kecenderungan itu," tambahnya.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai, yang berada di Beijing untuk pertemuan Perhimpunan Kerja sama Shanghai, kelompok kawasan pimpinan Rusia dan Cina, juga mengutuk serangan itu dengan menyatakannya tidak dapat diterima. Ia mempersingkat lawatannya untuk pulang.