REPUBLIKA.CO.ID, HELSINSKI -- Siapa yang berbuat maka ia harus bertanggung jawab. Kalimat ini sangat cocok ditujukan kepada anggota parlemen dari partai sayap kanan Finlandia, Jussi Halla Aho.
Jussi Halla Aho diminta mundur dari jabatannya sebagai anggota dewan oleh komite parlemen setelah dianggap menghina Islam dan muslim dalam sebuah blog pribadinya.
Mahkamah Agung Finlandia, Jumat (8/6) kemarin menemukan blog pribadi Jussi -- bernada penghinaan terhadap Islam-- yang dipublikasikan tahun 2008. MA juga menemukan tulisan Aho yang menghubungkan imigran Somalia dengan pencurian.
Oleh pengadilan, tulisan Jussi dianggap menghasut kebencian terhadap etnis tertentu. Pengadilan juga memutuskan apa yang dilakukan Jussi tidak lagi termasuk dalam kebebasan berbicara.
Merespons kecaman itu, Jussi menyatakan tuduhannya tidak beralasan dan menganggapnya sebuah pertunjukan sirkus. "Saya tidak ingin memperpanjang pertunjukan sirkus itu," papar dia yang akhirnya mengundurkan diri seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/6).
Tren menghina Islam dan Muslim dikalangan politisi Finlandia telah terjadi sebelum kasus Jussi terungkap. Sebelumnya, James Hirvisari didenda karena dianggap menghasut kebencian rasial dan etnis. Dalam pernyataannya, James mengatakan umat Islam membawa kekerasan ke Finlandia.
Anggota parlemen lainnya, Teuvo Hakkarainen, dihukum tahun lalu lantaran menggunakan kata-kata yang menghina kulit hitam dan mengejek adzan dalam sebuah video yang dipubikasikan secara online.
Melihat fenomena ini, sejumlah anggota parlemen menyayangkan rekan-rekannya yang terlibat kasus seperti itu. Menurut mereka, menghina suatu kelompok, menghasut kebencian dan rasis merupakan tindakan yang sama sekali tidak pantas ditunjukkan seorang anggota parlemen.
"Pernyataan bernada menghina hanya membuat situasi menjadi buruk," papar Ketua Partai Rakyat Swedia. Ia mengatakan, prilaku itu tidak mencerminkan status parlemen sebagai sebuah institusi.
Populasi Muslim di Finlandia mencapai 40-50 ribu dari 5.2 juta total populasi Findlandia. Islam sendiri masuk ke Findlandia sekitar abad ke-19.