Kamis 14 Jun 2012 18:03 WIB

Iran-Cina-Rusia Bantu Venezuela Kembangkan Pesawat tak Berawak

Presiden Venezuela Hugo Chavez saat berpidato di televisi dari Istana Presiden  Miraflores, Caracas, Sabtu (7/4).
Foto: Francisco Batista/AP
Presiden Venezuela Hugo Chavez saat berpidato di televisi dari Istana Presiden Miraflores, Caracas, Sabtu (7/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS - Venezuela membangun pesawat tanpa awaknya dengan bantuan Iran, Cina dan Rusia, kata Presiden Hugo Chavez dan menambahkan pesawat-pesawat itu untuk keperluan-keperluan militer dan sipil.

"Ada satu dari tiga pesawat yang kita buat di sini, dan kita akan terus memproduksinya," kata Chavez Rabu dalam satu pertemuan dengan para panglima pertahanan. "Rusia, Cina, Iran dan negara-negara sekutu lainnya" telah membantu proyek itu, tambahnya.

Pesawat tanpa awak itu memiliki jangkauan terbang 100km, dapat mencapai ketinggian 3.000 meter, kata Jenderal Julio Morales, kepala pabrik senjata Cavin milik negara, yang membangun pesawat itu.

Pesawat itu dapat berada di ketinggian selama 90 menit dan dapat mengirim video dan gambar seketika, dan kini sedang ditingkatkan kemamuaya unuk melakukan penerbangan pada malam hari, tambahnya.

Pesawat itu adalah bagian dari satu sistem "semata-mata untuk pertahanan," yang bertujuan melakukan pengintaian dan mengawasi pipa minyak, bendungan dan prasarana pedesaan lainnya, kata Morales.

Seorang pejabat lainnya mengatakan pesawat itu dibuat dari komponen-komponen yang dibuat di Venezuela dan dirakit oleh para insyinyur militer yang dilatih di Iran.

Cavim sekarang sedang membangun pabrik-pabrik untuk memproduksi senapan-senapan, granat-granat, serbuk mesiu dan amunisi. Chavez memuji pembangunan belum lama ini-- dengan bantuan Rusia-- satu pabrik untuk membuat senapan-senapan serbu AK-103.

"Kita punya hak (untuk memproduksi senjata-senjata)," kata Chavez. "Kita tidak ingin jika kita adalah satu koloni, tetapi kita adalah satu negara yang bebas dan merdeka."

Apabila rampung, pabrik itu diharapkan akan memproduksi 25.000 senapan dan 70 juta peluru setiap tahun. Chavez, yang telah pulih dari perawatan kanker hampir setahun, berencana untuk satu jabatan baru dalam pemilu akhir tahun ini.

Chavez, yang berkuasa sejak tahun 1999,adalah penentang keras apa yang ia sebut sebagai 'imperialisme' Amerika Serikat di Amerika Latin, dan menjalin hubungan erat dengan musuh-musuh AS seperti Iran dan Kuba.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement