REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Coca-Cola mengumumkan akan kembali masuk ke Myanmar setelah sempat terhenti lebih dari enam dasawarsa atau 60 tahun.
Minuman bersoda asal Amerika Serikat (AS) itu sempat diboikot Kuba, Myanmar dan Korea Utara karena dianggap sebagai ikon negeri Paman Sam.
Reformasi politik yang terjadi di Myanmar menjadi berkah bagi Coca-Cola Co.
Perusahaan yang berbasis di Atlanta ini, mengatakan, pada tahap awal akan mengirimkan Coke dari negara tetangga ke Myanmar, tetapi Coca-Cola memutuskan akan mencari mitra lokal.
Coca-Cola.co akan menciptakan "investasi yang signifikan" di Myanmar selama tiga sampai lima tahun ke depan.
"Coca-Cola Co. selalu berdiri untuk optimisme pada saat perubahan dan kemajuan di seluruh dunia," kata pimpinan dan CEO Muhtar Kent dalam sebuah pernyataan, Kamis (14/6).
Coca-Cola mengatakan, pihaknya akan mematuhi standar etika, termasuk menghormati hak asasi manusia dan tidak membayar suap.
The Coca-Cola Foundation, sebuah badan amal yang berafiliasi dengan perusahaan, mengatakan bahwa mereka akan memberikan tiga juta dolar AS untuk mendukung inisiatif kerja yang memberdayakan perempuan di Myanmar.
Coca-Cola mengatakan bahwa pihaknya tidak melakukan bisnis di Myanmar selama lebih dari 60 tahun, setelah Junta Militer mengambil alih kendali negara itu pada 1962.