Sabtu 16 Jun 2012 10:30 WIB

Membaik, Keamanan Wilayah Myanmar yang Dilanda Kerusuhan Etnis

Muslim Myanmar mendapat diskriminasi di negaranya
Muslim Myanmar mendapat diskriminasi di negaranya

REPUBLIKA.CO.ID, SITTWAY - Pemerintah Myanmar, Jumat (15/6) mengatakan bahwa keamanan telah ditingkatkan di negara bagian barat Rakhine kembali normal dalam aturan hukum. Sebelumnya kawasan yang dilanda kerusuhan itu dinyatakan dalam kondisi darurat pada 10 juni.

Perbaikan situasi di negara itu dicapai melalui kerja sama dengan masyarakat setempat, pemerintah, polisi dan pasukan bersenjata, kata laporan media pemerintah.

Sambil melakukan pekerjaan bantuan bagi para korban dengan membuka kamp-kamp pengungsi untuk menjaga kehidupan mereka dan menyediakan mereka dengan kesehatan,  pemerintah juga telah menetapkan rencana jangka panjang kerja sama rehabilitasi dan stabilitas regional, katanya.

Pemerintah mendesak masyarakat dan sektor media untuk bekerja sama dalam mempertahankan status perbaikan yang telah dicapai.

Menurut laporan itu, para simpatisan di seluruh negeri antusias memberikan sumbangan dalam bentuk uang tunai dan barang untuk pengungsi di negara bagian Rakhine. Pemerintah telah berjanji untuk memastikan kembalinya penduduk desa ke desa asal mereka melarikan diri kerusuhan dan mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsi.

Namun, pemerintah juga memperingatkan kepada para perusuh dari kemungkinan tindakan terhadap. Pasalnya, hingga kini beberapa masih melakukan pembakaran bahkan setelah jam malam diberlakukan.

Situasi dalam di negara bagian Rakhine yang dilanda kerusuhan berubah tenang pada Kamis ketika beberapa toko dan bank di daerah pusat kota Sittway dibuka kembali. Sementara pasar besar dan sekolah tetap ditutup.

Namun, para korban etnis lokal Rakhinese terdampar di kamp-kamp pengungsi dan takut untuk kembali ke desa asal mereka. Sebanyak 37 kamp pengungsi dibuka selama kerusuhan melanda di beberapa perumahan negara dengan korban sekitar 31.884 korban sejauh ini.

Di antara mereka, 15 didirikan di Sittway untuk 5.690 pengungsi Rakhinese, sementara dua untuk warga 18.886. Menurut angka resmi, 29 orang tewas dan 38 lainnya cedera dalam kerusuhan mematikan dari delapan sampai 13 Juni.

Dari jumlah yang tewas, 13 adalah warga etnis Rakhinese, dan 16 lainnya adalah warga Muslim. Yang terluka termasuk 16 Rakhinese dan 22 Muslim.

Sembilan biara, tujuh masjid Muslim dan satu sekolah dibakar dalam kekerasan itu.

Sebanyak 2.528 rumah tinggal hancur oleh api, termasuk 1.192 milik warga suku Rakhinese dan 1.336 bagi umat Islam.

Penumpang transportasi termasuk jalan dan air antara Yangon dan Sittway untuk sementara dihentikan sejak Senin pagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement