REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani memulai pemilihan putaran kedua dalam enam pekan, Ahad (17/6). Pemilihan ini menempatkan Yunani dalam kondisi kritis.
Gejolak politik yang tidak berkesudahan dan kebijakan dana penghematan yang kontroversial mampu mengancam keanggotaan Yunani dalam Uni Eropa. Dua kandidat kuat calon presiden Antonis Samaras dan Alexis Tsipras bersaing ketat dalam pemilihan.
Tempat pemilihan umum dibuka pukul 05.00 waktu setempat dan ditutup pukul 17.00 waktu setempat. Hasil awal pemilihan akan diumumkan setelah pukul 19.30 waktu setempat.
Para pemilih akan memutuskan apakah ingin tetap hidup di bawah kebijakan pengetatan anggaran atau menolak kebijakan tersebut dan keluar dari zona euro. Jika pemimpin Partai Demokrasi Baru Antonis Samaras menang, partai konservatif mengambil alih parlemen.
Selanjutnya, Yunani akan tetap berada di zona euro dan menerapkan kebijakan penghematan. Jika Partai Syriza menang dan kalangan kiri mengambil kendali, itu bisa berarti Yunani akan menjalankan kebijakannya sendiri.
Jajak pendapat terakhir menunjukkan partai kiri Syriza bersaing ketat dengan partai konservatif Demokrasi Baru. Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) bersikeras pemerintah baru Yunani harus setuju penuh dengan syarat atas dana talangan 130 miliar euro atau dana tersebut akan dihentikan.
Semua partai mengatakan mereka akan menjaga Yunani tetap memiliki mata uang tunggal. Namun, pemimpin Syriza, Tsipras percaya kesepakatan bisa dinegosiasikan kembali karena para pemimpin Eropa tidak akan mampu mengatasi gejolak yang akan terjadi jika Yunani keluar dari Uni Eropa.