Ahad 17 Jun 2012 16:33 WIB

Pemilu Mesir, Tim Kampanye Morsi Klaim Kemenangan

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Capres Mesir Dr Mohamed Moursi (60) dan  Jenderal (Purn) Ahmed Shafik (70)
Foto: africanglobe.net
Capres Mesir Dr Mohamed Moursi (60) dan Jenderal (Purn) Ahmed Shafik (70)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemilihan presiden hari kedua Mesir telah dimulai, Sabtu (16/6). Antrean panjang warga terlihat di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS), bahkan sebelum TPS dibuka. Polisi dan tentara dikerahkan di luar tempat pemungutan suara. Pemilu dibuka pukul 8.00 pagi hingga pukul 18.00 waktu setempat.

Tercatat sekitar 50 juta warga Mesir akan menggunakan hak suaranya untuk memilih presiden mereka. Namun, jumlah pemilih di TPS di beberapa daerah tampaknya lebih rendah dibanding putaran pertama. "Saya dalam perjalanan untuk memilih dan saya akan mencoret nama keduanya karena mereka tidak layak menjadi presiden," kata pemilik toko di Kairo, Saleh Ashour.

Presiden baru akan menggantikan Hosni Mubarak yang dilengserkan rakyat tahun lalu. Mereka akan memilih antara seorang capres dari Ikhwanul Muslimin, Mohammed Morsi, dan capres era Mubarak, Ahmed Shafiq. Morsi menjanjikan pemerintahan yang inklusif dan membela kaum revolusioner yang memberontak Mubarak. Sementara Shafiq berjanji akan menjaga stabilitas keamanan Mesir.

"Kita harus memilih karena pemilu ini bersejarah,"kata Omar Amr, salah satu aktivis yang menggulingkan Mubarak. Ia mengaku akan memilih Morsi untuk mematahkan lingkaran setan Mubarak. Hasil poling memang belum diumumkan, namun, menurut situs berita Al-Ahram, tim kampanye Morsi mengklaim bahwa 69 persen pemilih Mesir sejauh ini memilih Morsi di hari pertama pemilu Mesir. Pada putaran pertama, Morsi meraih 24,7 persen suara. Sementara rivalnya, Shafiq mendapatkan 23,6 persen suara.

Kedua kandidat pilpres kali ini bukanlah pilihan mudah bagi rakyat Mesir. Sebagian orang takut atas kembalinya rezim lama jika Shafiq terpilih menjadi presiden. Sedangkan sebagian lagi tak ingin Ikhwanul Muslimin memimpin Mesir karena ditakutkan mereka akan memonopoli kekuasaan dan mengabaikan rakyat di luar muslim. Yang jelas, presiden baru Mesir akan mewarisi ekonomi yang memburuk dan tantangan untuk menyatukan bangsa.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement