REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Kampanye politik bagi majelis nasional dimulai Senin, satu tonggak bersejarah dalam perjalanan sulit Libya menuju pemilihan yang demokratis setelah empat dasa warsa berada di bawah mantan pemimpin Muamar Qaddafi.
Komisi pemilihan Sabtu malam mengumumkan bahwa para kandidat memiliki waktu 18 hari untuk berkampanye 18 Juni sampai 5 Juli. Sejumlah 2.501 kandidat independen dan 1.206 kandidat asosiasi politik akan ikut bertarung. Sejumlah 142 asosiasi politik mengajukan kandidat, tambahnya.
Pemungutan suara 7 Juli itu adalah untuk Kongres Nasional Umum pertama negara Afrika Utara itu. Apabila majelis baru itu terpilih lembaga itu akan menyelenggarakan sidang pertamanya maka Dewan Transisi Nasional (NTC_yang berkuasa akan mengundurkan diri.
Pemilu, yang menurut rencana semula diselenggarakan 19 Juni sesuai dengan satu janji NTC ditunda karena alasan-alasan teknis dan logistik.
Ian Martin, utusan PBB untuk Libya mengemukakan kepada AFP bahwa jadwal baru itu tepat dan menyebut penundaan itu satu tindakan yang "bijaksana" karena hal itu akan memberikan para pemilih lebih banyak waktu untuk mengenal lebih jauh para kandidat.
Martin mengatakan para penasehat PBB sedang memberikan nasihat kepada kementerian dalam negeri mengenai rencana keamanannya bagi pemilu nasional pertama sejak pemberontak rakyat tahun 2011 yang menggulingkan pemerintah Muamar Qaddafi.
Dalam situasi pasca-konflik tidaklah realistis memperkirakan bahwa tidak akan ada sama sekali masalah-masalah keamanan, tetapi ia sangat lega dengan fakta bahwa tidak ada insiden-insiden serius keamanan pada saat pendaftaran pemilih," katanya.
Lebih dari 2,7 juta rakyat Libya atau sekitar 80 persen dari mereka yang memiliki hak pilih telah mendaftar diri mereka untuk ikut pemilihan itu.
Ia mengatakan para penguasa baru telah menunjukkan kemampuan yang sangat besar dalam mengatasi bentrokan, kendati pun tentara yang baru lahir tetap lemah dan mengandalkan pada brigade-brigade bekas pemberontak untuk membantu menyelesaikan konflik.
Bentrokan-bentrokan terbaru bulan ini terjadi di kota Kufra di selatan dan di daerah gunung Nafusa barat ibu kota Tripoli. Libya juga mengalami sejumlah serangan terhadap sasaran-sasaran Barat dalam pekan-pekan belakangan ini, sebagian besar di kota Benghazi di timur yang menjadi pusat pemberontakan tahun 2011.