Senin 18 Jun 2012 15:58 WIB

Pembicaraan Nuklir Iran Dilanjutkan, Israel Siap Menyerang

Rep: Lingga Permesti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Iran dan negara kekuatan dunia melanjutkan pembicaraan nuklir Iran di Moskow, Rusia, Senin (18/6). Pembicaraan ini diharapkan dapat mencegah perang baru yang potensial di Timur Tengah. 

Jika nanti pembicaraan gagal, tentu dapat meningkatkan ketegangan antara Iran dan negara barat khususnya Amerika Serikat dan Israel.

Israel mengancam akan menyerang Iran jika pembicaraan tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Ketegangan regional juga terlihat dari naik turunnya harga minyak mentah. Pasar minyak gugup atas perekonomian dunia yang semakin melemah.

"Posisi kami adalah bahwa masyarakat internasional perlu melakukan tiga hal agar pembicaraan tersebut sukses," kata seorang pejabat Israel pada Ahad (17/6). Jika tidak, katanya, Israel akan menyerang Iran secara militer. 

"Buat tuntutan yang jelas terkait batas waktu pelaksanaan, baik sanksi ekonomi dan diplomatik. Selain itu, pilihan untuk menyerang secara militer juga dapat dipertimbangkan,"katanya seperti dikutip Haaretz.

Pertemuan enam negara - Rusia, Cina, Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman- di Moskow akan mendorong Iran untuk serius dan meminta Iran menghentikan program pengayaan nuklirnya. 

"Kami bertekad untuk menghasilkan kemajuan ini selama ada peluang untuk mewujudkannya, dan selama ada komitmen dari Iran untuk terus mengejar bahan nuklir," kata seorang diplomat senior Uni Eropa.

Banyak ahli dan diplomat mengatakan peluang terobosan di Moskow sangat tipis untuk mengakhiri percekcokan selama satu dekade.

Kelompok enam negara yang dipimpin ole Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton berharap Iran bersedia membahas solusi konkret untuk pertemuan selanjutnya. "Ashton bersedia untuk tinggal di Moskow selama yang dibutuhkan, tetapi ada batasnya juga,"kata seorang diplomat.

Sebelum pertemuan di Moskow, masing-masing pihak berkeras menghalang-halangi kesepakatan. Iran tetap bersikeras agar enam negara mengeluarkan pengakuan publik atas haknya memperkaya uranium.

Sementara enam negara setuju akan hal itu jika Iran mengizinkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memeriksa situs nuklirnya. 

Negosiator Iran, Saeed Jalili, mengatakan kepada saluran televisi Rusia bahwa pengayaan uranium seharusnya dihormati dan diakui. 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement