Kamis 21 Jun 2012 06:23 WIB

Prancis Ingin Sanksi Iran Diperberat

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Prancis mengumumkan rencananya untuk meningkatkan tekanan sanksi terhadap Iran. Paris menyerukan sanksi lebih keras terhadap Iran atas program energi nuklir damainya, dengan alasan Teheran tidak melakukan negosiasi serius.

"Sanksi akan terus diberlakukan selama Iran menolak perundingan serius," kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius, Selasa, mengutip Press TV, Rabu (20/6).

Pejabat Perancis menambahkan bahwa tekanan pada Tehran akan ditingkatkan dengan implementasi penuh sanksi minyak Uni Eropa terhadap Iran pada 1 Juli.

Sementara itu, Juru runding nuklir Iran Saeed Jalili menegaskan sikap  transparan Tehran mengenai program pengayaan uranium dan siklus bahan bakar nuklir yang telah ditetapkan dalam Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

"Dalam perundingan [Moskow], kami secara jelas mengumumkan bahwa pengayaan uranium adalah hak mutlak Iran," kata Jalili kepada wartawan Selasa (19/6).

Iran dan Kelompok 5+1 mengakhiri perundingan dua hari mereka di ibukota Rusia Moskow pada 19 Juni.

Di saat Paris meningkatkan retorika menekan program nuklir sipil Iran, Perancis merupakan negara yang paling getol membantu program nuklir militer Israel. Pada tahun 1957, rezim Zionis menjalin kesepakatan dengan Prancis mengenai pembangunan reaktor riset Dimona, Negev.

Reaktor riset berkekuatan 24 megawat air berat itu dioperasikan pada tahun 1964. Di reaktor ini pula Prancis melakukan pengolahan bahan bakar nuklir, sekaligus menyiapkan plutonium untuk memenuhi kepentingan militer Israel.

sumber : irib indonesia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement