REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Sebuah video yang menampilkan seorang nenek di Amerika Serikat sedang di-bully oleh bocah-bocah sekolah yang memenuhi bis tersebut mewabah di dunia maya. Video itu tersebar cepat hingga mendorong orang-orang bersimpati bahkan mendonasikan hingga terkumpul 330 ribu dolar AS.
Uang itu ditujukan untuk membiayai perjalanan liburan bagi si nenek, Karen Klein, demi memulihkan emosi dari pelecehan dan sikap buruk bullier-nya.
Video berdurasi 10 menit di dalam bis sekolah itu memonitor Karen Klein dilecehkan dan dihina oleh anak-anak berusia 12 dan 13 tahun. Begitu diunggah di YouTube dan Facebook pada Kamis malam lalu, video itu langsung menyebar cepat.
Dalam klip yang diambil lewat ponsel itu menunjukkan bagaimana wanita berusia 68 tahun, nenek seorang cucu berusia 8 tahun melakukan terbaik yang ia bisa untuk menghiraukan hinaan dalam bus yang melaju di kota Greece, dekat kota Rochester, New York.
Para siswa itu menghina dengan mengolok-olok berat badannya, alat bantu dengarnya, dan juga bentuk potongan rambutnya. Salah satu bahkan mencondongkan tubuh dan mengatakan ia akan mengencingi pintu depan rumah wanita tersebut sementara teman-teman lainnya membuat gestur kasar bahkan mencolek punggungnya.
Karen berupaya menghiraukan serangan verbal yang dilakukan para siswa dalam bus yang berulang kali mengancammnya. Mereka memanggilnya gendut dan bahkan mengatakan anak-anaknya pastilah bunuh diri memiliki ibu seperti dirinya.
Kapten Steve Chatterton dari Departemen Polisi Greece menyatakan bahwa wanita itu tak mengajukan gugatan pidana terhadap empat siswa yang bersekolah di Sekolah Menengah Athena, Rochester, New York itu.
"Tentu saja kami gusar melihat apa yang ada di video, baik sebagai orang tua dan petugas polisi," ujar Chatterton dalam jumpa pers Kamis siang. "Namun kali ini, ia (Karen) memutuskan tidak ingin mengajukan laporan pidana terhadap perlakuan yang ia terima."
Di New York, kata Chatterton, untuk mendakwa bocah berusia 13 tahun di Pengadilan Keluarga, dugaan kriminal harus diajukan sebagai pelanggaran atau tindak pidana. Sementara pelecehan ialah pelanggaran ringat dan tidak memenuhi ketentuan.
"Jadi kami masih menangani, apakah kasus ini akan naik ke tingkat krimina," ujarnya. Ia juga menambahkan, Karen sebagai korban lebih menyukai pihak sekolahlah yang memberikan hukuman.
Sementara empat bocah yang duduk di bangku sekolah tingkat tujuh (setara SMP kelas 1) itu tidak menyangkal perbuatannya. Para penyelidik telah berbicara dengan keempatnya dan juga orangtua mereka. "Tak ada satu pun yang menyangkal perbuatan itu," ujarnya.
Sedangkan pihak Sekolah Pusat Distrik Greece, menjanjikan mendisiplinkan keempat siswa itu dalam 'sanksi maksimal', menyusul investigasi tersebut. Pengawas kota Greece, NY, John Auberger, mengatakan pejabat distrik telah menerima telepon dari penjuru kota terkait insiden tersebut.
"Kami terlalu marah dengan aksi bocah-bocah itu" ujar Auberger yang juga mengapresiasi sikap sabar Karen yang terlihat dalam video. "Tanggapannya terhadap aski bullying itu sebuah contoh tipe-tipe anggota masyarakat yang membuat komunitas kita berkualitas." ujarnya.
Sementara, Karen, menerima lebih 200 ribu dolar donasi online sebagai harapan bahwa nenek tersebut bisa 'mengambil liburan' seumur hidup. Hingga Kamis lalu, total menerima donasi sebesar 248.104 untuk Karen.
Putri Karen, Michelle, mengatakan, ibunya telah bekerja untuk sistem sekolah selama lebih dari 20 tahun, sebagai pengemudi bus dan kini menjadi pemantau bus. Karen menyatakan ia masih berminat untuk kembali bekerja, namun dengan rute bus berbeda dan dengan permintaan maaf dari siswa-siswa.
Perwakilan dari Indiegogo.com, situs online tempat penggalangan dana menyatakan telah mengontak Karen. Situs itu menyatakan kampanye donasi akan dilanjutkan hingga 20 Juli, meski belum jelasa apakah donasi yang ia terima akan dipotong pajak.
Dukungan mengalir terhadaop Karen menyusul kesadaran meningkat akhir-akhir ini terhadap topik bullying yang masih menghantui pendidikan di Amerika Serikat. Pada April lalu, film dokumenter Bully, menyuguhkan masalah yang dihadapi lima anak pada usia sekolah.
Beberapa bulan sebelumnya, siswa berusia 14 tahun, Jamey Rodemeyer, dari kawasan suburban Buffalo, bunuh dari pada Septmber setelah mengeluhkan pelecehan seksual yang ia terima.