REPUBLIKA.CO.ID, LONDON---Pekerjaan sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal pesiar merupakan salah satu pekerjaan yang sangat diminati karena imbalan upah yang cukup menjanjikan.
Kali ini sayangnya ABK Indonesia menjadi korban penipuan oleh agen kapal pesiar, demikian keterangan KJRI Marseille yang diterima ANTARA London, Sabtu.
Diperoleh informasi dari agen kapal pesiar yang melintasi laut Mediterania, setiap kapal pesiar mempekerjakan sekitar 100-120 orang WNI dengan berbagai keahlian dan gaji yang sangat menggiurkan.
Namun nasib malang menimpa tujuh ABK Indonesia, yakni Helmi Fajrin, Mohammad Holil, Hoirul Muslim, Komang Parwata, Nurahmad Fnu, Choirul Ansori, Ali Yanus yang dijanjikan akan bekerja di kapal Pesiar Minoan Lines, Perusahaan Pelayaran Kapal Pesiar Yunani oleh Agent di Bekasi bekerja sama dengan salah satu agen di Itali, hanyalah isapan jempol belaka.
Berbekal kontrak kerja yang ditandatangani pihak terkait dan bermodalkan Visa Schengen yang diperolehnya melalui Kedubes Italia di Jakarta maka pada 7 Juni mereka berangkat dari Jakarta menuju Roma, atas biaya masing-masing yang disetorkan antara Rp 17-20 juta melalui sebuah agen di Bekasi.
Tidak ada keraguan bahwa mereka dalam perangkap penipu. Ketujuh ABK merasa yakin dokumen kerja yang diberikan agent di Bekasi adalah dokumen yang benar.
Setibanya di Roma mereka segera naik kereta menuju Napoli-Italia dan menginap di Colombo hotel malam itu, sebagaimana arahan agen di Bekasi.
Baru keesokannya harinya mereka ditemui seorang yang mengaku sebagai Kapten Kapal Donato yang dengan nada kesal menyatakan kedatangannya ABK terlambat dan harus menyerahkan uang masing-masing 400 Euro sebagai jaminan untuk tidak meninggalkan pekerjaan sebelum kontrak berakhir.
Kapten kemudian memberikan tiket kereta ke Nice, Perancis Selatan dengan alasan setibanya di Nice tanggal 10 Juni akan dijemput seseorang menuju pelabuhan di Toulon, untuk naik kapal Minoan Lines yang merapat disana hari itu.
Namun setibanya di Nice hingga sore hari para ABK tidak dijemput, kemudian mereka pun menghubungi KBRI di Paris dan KJRI di Marseille untuk meminta bantuannya.
Fungsi Konsuler KJRI Marseille Upi Dewi Marciana berupaya menghubungi melalui telepon dan email agen di Bekasi, agen di Italia dan juga berkoordinasi dengan KBRI Roma dan KBRI Athena untuk mencari penyelesaian yang terbaik bagi para ABK namun sia-sia.
Setelah yakin ABK tersebut korban penipuan Konsul Jenderal RI di Marseille memutuskan segera memberikan penampungan semalam di Nice dan keesokan harinya di Jemput menuju KJRI Marseille.
Sejak itu komunikasi intensif dilakukan dengan agen pengirim namun setalah 15 Juni, agen sama sekali tidak dapat dihubungi sedangkan visa ABK hampir habis masa berlakunya.
Konsul Jenderal RI Marseille mengajukan permohonan kepada Kementerian Luar Negeri agar mempertimbangkan untuk segera mengirimkan e-tiket pemulangan ketujuh ABK untuk tidak memperburuk keadaan.
Hanya berselang sehari setelah permohonan, diperoleh kepastian melalui telepon dari Direktur PWNI dan BHI Kemlu bahwa e-tiket akan segera dikirim untuk memulangkan ABK tersebut ke Indonesia secepatnya.
Wajah kuyu para ABK sontak ceria ketika e-tiket dari Jakarta diterima dan Kamis (21/6) mereka dengan sukacita bertolak kembali ke tanah air.