Sabtu 23 Jun 2012 15:44 WIB

Gelombang Massa Padati Tahrir Square

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Taufik Rachman
   Puluhan ribu pengunjuk rasa pendukung Ikhwanul Muslimin berkumpul menentang rezim militer di Tahrir Square, Kairo, Jum'at (22/06)..
Foto: (Bernat Armangue/AP)
Puluhan ribu pengunjuk rasa pendukung Ikhwanul Muslimin berkumpul menentang rezim militer di Tahrir Square, Kairo, Jum'at (22/06)..

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO --- Lambatnya proses penghitungan suara membuat rakyat Mesir tidak sabar. Mereka mulai turun ke jalan demi menyuarakan aspirasinya usai diberi kebebasan memilih usai rezim militer berakhir.

Penantian panjang terhadap calon presiden baru memicu rakyat untuk melakukan kudeta kecil agar proses ini cepat selesai."Ini persoalan klasik kontra revolusi, hanya akan dilawan oleh kekuatan pengunjuk rasa,' kata anggota Ikhwanul Muslimin (IM), Safwat Ismail (43 tahun) di Tahrir Square, Jum'at (22/06).

Para pengunjuk rasa mengancam akan bertahan hingga langkah militer berhenti. Unjuk rasa rencananya dilangsungkan sejak Sabtu (23/6). Mereka datang menggunakan bus dari berbagai propinsi. Tenda-tenda darurat digelar untuk melindungi mereka dari sengatan matahari. Pedagang asongan pun telah mulai menawarkan berbagai barang seperti teh dan kaus bertuliskan "I Love Tahrir'.

Seorang pengunjuk rasa, Mahmoud Mohammed (31) mengatakan bahwa dirinya tidak datang untuk bertempur. Namun, ia ingin mengalami sendiri proses jalanna demokarasi. Ia sengaja datang dari Alexandria bersama kelompok gerakan Salafi fundamentalis. "Tidak ada yang datang ke sini untuk demokrasi, kita perlu demokrasi," ujarnya seperti yang dikutip Reuters.

Penundaan keputusan mengenai siapa presiden terpilih mengundang kekuatan militer untuk kembali campur tangan dalam pemerintahan. Militer dinilai memaksa laju penyusunan konstitusi.

Proses ini kemudian melambat di tingkat Parlemen akibat kurangnya konsesus antara Islamis dan pihak sekuler lainnya. Diskusi akan kembali diadakan oleh pihak Parlemen hari ini, Sabtu (23/06) untuk membuat beberapa kemajuan dan tetap memegang kendali.

 

Mesir adalah sebuah negara dimana tingkat kepercayaan terhadap proses pemilu sangat rendah. Terlebih sebagian besar pejabat yang sama adalah mereka yang pernah memilih parlemen Mubarak sebelum kemudian dipaksa mundur dari kekuasaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement