REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Turki dan Suriah mengatakan personel Angkatan Laut mereka, Sabtu, bersama-sama mencari personel udara Turki yang ditembak-jatuh oleh Suriah di atas Laut Tengah, sementara pemerintah Turki menampung ribuan gerilyawan anti-Presiden Bashar al-Assad.
Banyak tanda dari kedua pihak menunjukkan tak satu pihak pun mengingini benturan militer sehubungan dengan ditembak-jatuhnya jet Turki, Jumat (22/6), di dekat perbatasan laut kedua negara tersebut. Namun, operasi gabungan itu jelas membuat pasukan kedua negara tak nyaman, mengingat permusuhan sengit antara kedua mantan sekutu tersebut mengenai penindasan 16-bulan Bashar atas para penentangnya. Turki telah berjanji akan menanggapi secara tegas.
"Tak mungkin untuk menutupi sesuatu seperti ini. Apa pun yang perlu tak diragukan akan dilakukan," kata Presiden Turki Abdullah Gul kepada wartawan. Ditambahkannya, Ankara telah mengadakan kontak telepon dengan pemerintah Suriah.
Kejadian itu, apa pun penyebabnya, memperlihatkan ketangguhan pertahanan udara Suriah --yang dipasok Rusia. Itu menjadi salah satu alasan mengapa Barat cemas mengenai setiap campur tangan militer guna menghentikan pertumpahan darah di negeri tersebut.
Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc mengatakan jet yang ditembak-jatuh itu bukan pesawat tempur tapi pesawat pengintai, demikian laporan stasiun televisi resmi, TRT. Media Turki sebelumnya telah mengidentifikasi pesawat tersebut sebagai F-4 Phantom, pesawat tempur yang juga digunakan untuk pengintaian.
Gul mengatakan itu adalah kegiatan rutin buat jet yang terbang cepat untuk melintasi perbatasan dari dekat dan penyelidikan akan memastikan apakah pesawat tersebut ditembak-jatuh di wilayah udara Turki.
Militer Suriah menyatakan pesawat Turki itu terbang rendah, cuma satu kilometer dari pantai Suriah, ketika ditembak-jatuh. Pesawat tersebut telah dilacak sebagai pesawat tak dikenal dan asal pesawat itu dari Turki dipastikan sesudahnya.
"Angkatan Laut kedua negara telah mengadakan kontak. Kapal Angkatan Laut Suriah ikut bersama dengan pihak Turki dalam operasi pencarian bagi pilot yang hilang," kata militer Suriah, sebagaimana dikutip Reuters.
Turki memiliki kekuatan militer terbesar kedua di NATO, pasukan tempur yang ditempa oleh hampir 30 tahun dengan memerangi pemberontak Kurdi. Negara itu akan jadi musuh tangguh bagi militer Suriah --yang sudah repot memadamkan aksi perlawanan rakyat dan pontensi peningkatan pemberontakan.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu bertemu dengan para kepala dinas intelijen dan komandan militer Turki guna membahas operasi pencarian pilot dan langkah berikutnya Ankara. Pertemuan tersebut dilakukan setelah sidang keamanan darurat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Tayyip Erdogan, Jumat malam.
"Turki akan menyampaikan sikap akhirnya setelah peristiwa tersebut jadi jelas dan secara tegas melakukan tindakan yang perlu," demikian isi pernyataan dari kantor Erdogan.
Surat kabar Turki tak terlalu menahan diri. "Mereka (pemerintah Suriah) akan membayar harganya," kata Vatan, sementara harian Hurriyet menyatakan, "Ia (Bashar al-Assad) bermain api."
Operasi gabungan Angkatan Laut Suriah bukan tak menyimpan ironi. Kurang 50 kilometer dari tempat itu di Provinsi Hatay di bagian tenggara Turki, pemerintah menampung kelompok Tentara Suriah Bebas, yang setiap hari menyerang pasukan pemerintah Damaskus.
Arab Saudi dan Qatar membayar gaji gerilyawan Suriah, dengan keterlibatan Turki, kata seorang diplomat Arab di Jeddah.
"Pembayaran telah berjalan berbulan-bulan dan kesepakatan dicapai pada 2 April oleh Arab Saudi dan Qatar, dengan pengaturan logistik dari Turki --tempat sebagian faksi Tentara Suriah Bebas berpangkalan," kata diplomat tersebut, yang tak ingin disebutkan jatidirinya.