REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO --- Banding yang diajukan dua kubu calon presiden, Mohammed Mursi dari Ikhwanul Muslimin (IM) dan Jendral Ahmed Shafiq dari kubu militer menyebabkan proses perhitungan suara berjalan lambat.
Untuk meredakan ketegangan, maka para pejabat dan komisi pemilihan umum mulai mengadakan pembicaraan terkait penghitungan akhir suara. Banyak sekali pihak yang terlibat dalam proses penghitungan ini, termasuk mereka yang juga berperan di belakang layar.
"Ikhwan bisa menarik jutaan penduduk untuk turun ke jalan, sementara tentara wajib menjaga ketertiban," ujar salah seorang pembicara kepada Reuters, Jum'at malam (22/06).
Diskusi antara kelompok tentara dan Islamis sudah berjalan alot selama beberapa dekade. Untuk kali ini, diskusi menunjukkan bahwa kubu Mursi memiliki peluang yang kecil untuk menang. Para pejabat mengatakan para tentara masih mempunyai kekuatan yang besar di Mesir.
Pengelola keuangan IM, Khairat al-Shater mengatakan bahwa kubunya telah berbincang mengenai jalan keluar menghadapi krisis kepemimpinan ini. Terlebih setelah parlemen dibubarkan. Jangan sampai nantinya kekuasaan presiden yang baru juga dikekang.
"Para jenderal merasa bahwa mereka adalah pemilik kekuasaan dan belum mencapai kata kompromi," ujar al-Shater seperti yang dikutip Reuters.
Anggota SCAF, Mayor jenderal Mamdouh Shaheen menegaskan bahwa mereka akan mengulangi komitemen tentara untuk menjalankan transisi demokrasi. Dia melalui pernyataan SCAF telah menolak tuntutan banding IM. "Keputusan konstitusional adalah otoritas ekslusif dari dewan militer," kata Shaheen kepada Reuters.